Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sulawesi, Rumah Kumbang Yoda "Star Wars" dan 100 Spesies Baru Lainnya

Kompas.com - 09/03/2019, 18:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

KOMPAS.com - Belum lama ini para ilmuwan menemukan ratusan spesies kumbang baru di hutan tropis terpencil yang ada di Sulawesi. Dalam literatur ilmiah manapun, spesies ini belum pernah dideskripsikan dan mungkin tidak pernah diperhatikan keberadaannya.

Ada 103 jenis kumbang yang baru ditemukan, dan semuanya berasal dari kelompok weevils dan genus Trigonopterus. Kumbang-kumbang itu tergolong kecil, besarnya hanya beberapa milimeter.

Para ilmuwan menamakan mahluk ini berdasarkan karakter Star Wars dan Asterix, termasuk Yoda, kumbang hijau mengkilat, dan Obelix - spesimen yang agak bulat.

Yang lainnya diambil dari nama ilmuwan, termasuk Charles Darwin, perintis DNA Francis Crick, dan  James Watson.

Baca juga: Sembunyi Hampir 40 Tahun, Lebah Terbesar di Dunia Ditemukan di Maluku

Dari ratusan yang ditemukan, hanya satu anggota kelompok yang pernah ditemukan di Sulawesi pada 1885.

Dalam studi yang terbit di Zookeys, para peneliti meyakini ada lebih banyak kumbang di sana.

"Penelitian kami masih belum selesai dan kemungkinan kami baru melihat permukaan," kata Raden Pramesa Narakusumo, kurator kumbang di Museum Zoologicum Bogoriense (MZB), LIPI.

"Geologi Sulawesi rumit dan banyak tempat yang tidak pernah diteliti kumbang kecilnya."

Tiga kumbang dinamakan tokoh kartun Prancis Asterix, dari kiri ke kanan adalah Asterix, Obelix dan Idefix. Tiga kumbang dinamakan tokoh kartun Prancis Asterix, dari kiri ke kanan adalah Asterix, Obelix dan Idefix.
Para ilmuwan mengatakan sejumlah bukti menunjukkan ribuan spesies serangga yang belum diketahui hidup di hutan tropis pulau itu.

Meskipun demikian ini tidak mengubah gambaran laporan baru-baru ini terkait dengan penurunan serangga, karena dua masalah, kata entomologi Dr Alexander Riedel, dari Natural History Museum Karlsruhe, Jerman yang terlibat dalam kajian ini.

"Penurunan serangga yang saat ini kami bicarakan di Eropa kemungkinan besar karena peningkatan pertanian dan insektisida," katanya kepada BBC News.

"Sementara kekayaan keanekaragaman alam serangga di daerah tropis mengalami bahaya pengrusakan hutan tropis."

Di dunia, lebih dari satu juta spesies serangga telah tercatat sampai sekarang.

Sejumlah kajian baru-baru ini mengisyaratkan penurunan dramatis populasi serangga di dunia.

Kehidupan serangga berada di paling bawah dari rantai makanan dan mendukung sebagian besar kehidupan di Bumi.

Dr James Hogan dari Oxford Museum of Natural History mengatakan kajian ini menggarisbawahi seberapa banyak keanekaragaman hayati yang masih belum ditemukan dan dicatat.

"Kenyataannya adalah ketika kita membicarakan keanekaragaman hayati, ini berarti persis seperti yang dijelaskan disini - serangga kecil yang panjangnya kurang dari 5 milimeter," katanya.

"Karena keanekaragaman hayati semakin terancam adalah penting untuk melakukan kajain ini sebelum terlambat."

Baca juga: Temuan Lebah Raksasa Maluku, Oasis di Tengah Penurunan Serangga Global

Kumbang diidentifikasi berdasarkan sekuen DNA yang tidak selalu tersedia bagi para ilmuwan di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com