Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6.800 Km dari Habitat Aslinya, Ikan Mola-mola Raksasa Terdampar di AS

Kompas.com - 04/03/2019, 21:32 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

CALIFORNIA, KOMPAS.com - Mendapati ikan terdampar di pantai mungkin bukan sesuatu yang spesial. Tapi bagaimana jika ikan tersebut terdampar amat jauh dari habitat aslinya?

Inilah yang terjadi di California. Seekor ikan mola-mola raksasa terdampar di pantai California untuk pertama kalinya dalam 130 tahun.

Ikan berukuran 2,1 meter dengan berat beratus kilo tersebut membingungkan peneliti. Ia terdampar pada 19 Februari lalu jauh dari "rumah" asli ikan ini.

Sebagai informasi, ikan mola-mola memiliki habitat asli di belahan bumi selatan seperti Australia tenggara, Selandia Baru, Chile, hingga Peru.

Baca juga: Mengenal Ikan Mola Lewat Kasus Terdamparnya Mola ramsayi di Buleleng

Staf di cegar alam setempat sempat keliru mengidentifikasinya sebagai ikan mola-mola lautan yang umum ditemukan di AS.

Namun, setelah identifikasi lebih lanjut, ikan tersebut adalah ikan mola-mola penipu (Mola tecta). Ia dalah spesies langka yang pertama kali ditemukan pada 2014 oleh seorang mahasiswa doktoral Denmark yang bekerja di Selandia Baru.

"Ketika gambar-gambar yang jelas datang, saya pikir tidak ada keraguan," ujar Marianne Nyegaard, ahli kelautan yang menemukan ikan tersebut dikutip dari BBC, Sabtu (02/03/2019).

"Menarik sekali auntuk mengetahui apa yang membuat ikan ini menyeberangi garis khatulistiwa," imbuhnya.

Ikan mola-mola langka terdampar di California Ikan mola-mola langka terdampar di California

Hingga kini, masih tidak jelas apa yang membuat ikan tersebut berenang begitu jauh, sekitar 6.800 km dari habitatnya.

"Itu bisa saja merupakan mola-mola yang tersesat, atau bisa jadi kitalah yang belum memahami sebaran jenis ikan ini," kata Nyegaard dikutip dari The Guardian, Senin (04/03/2019).

"Maka tentu saja ada pula masalah tentang perubahan iklim, kita tidak bisa menyimpulkan apapun hanya dari satu spesimen, tapi tentu saja itu pertanyaannya," sambungnya.

Untuk itu, para peneliti dari Universitas Santa barbara, termasuk Nyegaard mengumpulkan sampel dari bangkai ikan tersebut.

Sampel genetik itu memungkinkan para peneliti memeriksa apakah ikan tersebut sama dengan yang berasal dari Selandia Baru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau