KOMPAS.com - Mengatasi masalah sampah di lingkungan terdekat bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau petugas kebersihan, tetapi juga kita bersama.
Selain membuang sampah di tempatnya, anak bangsa dari seluruh penjuru nusantara telah membuat berbagai terobosan untuk mengurangi sampah lewat proses daur ulang.
Berikut kami rangkum beberapa terobosan karya anak bangsa yang patut diapresiasi dan dikembangkan.
Baca juga: Paus Mati di Wakatobi, Bukti Nyata Indonesia Darurat Sampah Plastik
1. Urai sampah organik dengan ulat dan lalat
Sejak masih menjadi larva hingga ulat, maggot mengonsumsi sampah organik.
Pemkot Depok memanfaatkan sampah dari pasar dan rumah tangga warga. Mereka meminta masyarakat untuk memilah sampahnya sendiri.
"Kami meminjamkan ember sebagai wadah untuk meletakkan sampah organik," kata Heriyanto, Kepala UPS Merdeka 2.
Warga yang telah memilah sampahnya dan mengirim ke UPS nantinya akan diberi pupuk secara gratis.
Menurut Heriyanto, ulat maggot akan berkembang menjadi lalat yang nantinya bisa menglah puluhan ton sampah organik dalam 15 hari.
Maggot juga bisa digunakan sebagai pakan ikan dan unggas, atau dimanfaatkan sebagai pestisida alami dengan cara digiling dan diambil cairannya.
Heriyanto berkata, sampah yang diurai maggot bisa menjadi pupuk organik berkualitas tinggi.
Baca selengkapnya: Tempat Pengolahan di Depok Ini Pakai Ulat dan Lalat untuk Urai Sampah Organik
2. Sampah plastik jadi emas
PT. Pegadaian dan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mengembangkan Bank Sampah di obyek wisata Pulau Merah Kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi. Di bank sampah tersebut, masyarakat bisa mengkonversi sampah menjadi emas.
"Kehadiran program Bank Sampah ini kami harap akan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar, di mana masyarakat dapat membuat sampah menjadi tabungan emas," ujar Direktur Pemasaran dan Pengembangan Produk Harianto Widodo, di Peresmian Bank Sampah The Gade Clean & Gold, di Kawasan Pulau Merah Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran Banyuwangi, Kamis (24/1/2019).
Harianto menjelaskan Bank Sampah ini mendorong menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat karena masyarakat diedukasi pengetahuan tentang pengelolaan sampah.
Proses mengkonversi sampah menjadi emas dimulai dari pemilahan sampah menjadi organik dan organik. Lalu sampah yang sudah dikumpulkan melalui proses penyetoran, penimbangan, penghitungan dan penimbangan ke dalam tabungan emas.
Nantinya, setiap sampah yang disetorkan warga di program Clean and Gold akan dikonversi dengan emas. Jumlah saldo yang tertera di dalam buku tabungan pun akan tertulis dalam jumlah gram emas.
Baca selengkapnya: Di Pulau Merah Banyuwangi, Sampah Plastik Bisa Ditukar Emas
3. Bahan pembuat aspal dari plastik kresek
Dinas Lingkungan Hidup Kulon Progo mengimbau semua pelajar dari SD sampai SMA atau sederajat untuk membawa satu plastik kresek ke sekolah.
Nantinya, plastik itu akan dikumpulkan dan diubah menjadi bahan pembuat aspal.
Arif Prastowo Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kulon Progo mengatakan, proyek aspal berbahan campuran plastik kresek adalah upaya untuk mengaktifkan dan memberdayakan bank sampah juga mengajarkan siswa sekolah untuk peduli lingkungan.
Semua plastik yang telah dikumpulkan nantinya dicacah kecil untuk jadi campuran bahan pembuat aspal.
Baca selengkapnya: Di Kulon Progo, Plastik Kresek Diubah Jadi Bahan Pembuatan Aspal
4. Sampah diubah jadi energi listrik
Nantinya, sampah yang ada di sini akan dikelola dan diubah menjadi tenaga listrik.
Direktur Pengembangan Penyehatan Lingkungan Kementerian PUPR Dodi Krispratmadi mengatakan, awalnya pihaknya diminta bekerja sama dengan kementerian lain untuk mengatasi masalah gunungan sampah di TPA tersebut.
TPA Suwung merupakan TPA regional seluas 22,5 hektar yang menampung sampah dari empat wilayah Kabupaten/Kota yaitu Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan.
Dalam rencana revitalisasi, TPA tersebut akan disulap menjadi taman hutan masyarakat guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang tinggal di sekitarnya serta kualitas air permukaan.
Dari total luas, separuh di antaranya atau sekitar 11,25 hektar akan difungsikan sebagai sanitary landfill, yang di dalamnya mencakup area pengelolaan sampah menjadi energi listrik (waste to energy-WTE) seluas 5 hektar.
Baca juga: Sampah di Bali akan Diubah Jadi Energi Listrik
5. Dosen ITB ubah sampah jadi bahan BBM dan pupuk
Kepala Laboratorium Teknologi Polimer dan Membran ITB yang juga seorang dosen di Institute Teknologi Bandung (ITB) Akhmad Zainal Abidin menilai bahwa sampah bisa membawa manfaat dan menambah nilai ekonomi masyarakat.
Namun, diperlukan pengelolaan sampah yang baik. Untuk itu, pihaknya mencetuskan program Manajemen Sampah Zero (Masaro) yang merupakan konsep pengelolaan dan pengolahan sampah agar bisa menjadi solusi dalam menanggulangi sampah di Indonesia.
"Konsep ini telah terbukti bukan hanya mampu mengatasi masalah sampah, tetapi juga memberikan pendapatan tambahan bagi masyarakat yang terlibat," ucapnya seperti dikutip di laman ITB, Minggu (18/11/2018).
Dosen dari KK Perancangan dan Pengembangan Produk Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri (FTI) ITB itu mengatakan, prinsip yang dilakukan Masaro antara lain pemilahan sampah langsung di sumber, pengolahan sampah di dekat sumber, pelibatan masyarakat, pemerintah, dan industri.
Baca juga: Lewat Konsep Masaro, Dosen ITB Ubah Sampah Jadi BBM hingga Pupuk
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.