KOMPAS.com - Kabar sakitnya Ani Yudhoyono, istri Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono akibat kanker darah banyak menghiasi pemberitaan media massa.
Banyak orang prihatin dengan kondisi prempuan yang akrab disapa ibu Ani itu. Salah satu pencarian yang mendominasi adalah tentang pengobatan kanker darah.
Pasalnya, seperti yang kita ketahui, kanker hingga kini menjadi penyakit yang sulit disembuhkan. Karena itu, pengobatan kanker menjadi salah satu fokus banyak orang seiring pemberitaan tentang sakitnya Ani Yudhoyono.
Merangkum dari Kompas.com, setidaknya ada 5 penelitian tentang pengobatan kanker darah yang telah dilakukan para peneliti dunia.
1. Arsenik
Arsenik, racun favorit sejak zaman Romawi, ternyata bisa bekerja mengahancurkan protein spesifik dalam sel kanker darah atau leukemia. Para ilmuwan dari Cina merasa yakin, arsenik memliki potensi besar menjadi obat kanker di masa depan.
"Hasil penelitian kami menunjukan bagaimana arsenik langsung menuju protein target dan membunuhnya," kata ketua peneliti Zhang Xiaowei dari State Key Laboratory of Medical Genomics, Shanghai, China.
Kelebihan lain dari arsenik, tambah Zhang, adalah tidak menimbulkan efek samping seperti halnya kemoterapi. "Tidak ada efek rambut rontok atau gangguan fungsi tulang. Karena itu kami tertarik untuk mendalami apakah arsenik juga bisa dipakai pada jenis kanker lain," katanya.
Baca Selengkapnya: Arsenik Berpotensi Menjadi Obat Leukimia
2. Minum Obat
Chronic Myeloid Leukimia (CML) atau Leukimia Granulositik Kronis (LGK) merupakan jenis kanker darah yang bisa diatasi dengan minum obat. Akan tetapi, pasien harus konsumsi obat seumur hidup meski telah melakukan pengobatan intensif selama 18 bulan.
"Setelah18 bulan, makan obat harus benar setiap hari. Enggak ada istilah stop obat hingga saat ini. Minum obatnya seumur hidup," ujar Dokter Spesialis Penyakit Dalam-Konsultan Hematologi Onkologi Medik (SpPD-KHOM) Hilman Tadjoedin dalam diskusi di Jakarta, Selasa (22/9/2015).
Dokter akan terus memantau untuk memastikan pasien mendapat pengobatan yang tepat. Jika pasien tidak patuh minum obat, dikhawatirkan terjadi resistensi sehingga harus mengganti obat lini kedua.
"Kalau resistensi, obat yang diminum tidak memberikan respon yang optimal. Jadi pengobatan itu bisa dibilang sia-sia," jelas Dokter dari Perhimpunan Hematologi Onkologi Medik Ilmu Penyakit Dalam (Perhompedin) itu.
Ia mengatakan, saat ini ada empat obat yang digunakan di seluruh dunia untuk mengobati CML, yaitu Imatinib, Nilotinib, Dasatinib, dan Ponatinib. Namun, belum semua obat digunakan di Indonesia.
Baca Selengkapnya: Penyakit Kanker Darah yang Bisa Diatasi dengan Minum Obat
3. Sistem Imun
Dalam sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam Science Translational Medicine, para peneliti yang yang merupakan perintis pengobatan kanker berbasis imunitas, melaporkan sebuah hasil yang menggembirakan untuk pengobatan kanker limfoma non-Hodgkin.
Penelitian ini dipimpin oleh Dr. Cameron Turtle dari Pusat Penelitian Kanker Fred Hutchinson.
Para ilmuwan memberikan rejimen kemoterapi yang berbeda-beda kepada 32 pasien, kemudian mereka diperkenalkan kepada sel-sel kekebalan yang khusus dirancang untuk menargetkan dan menghancurkan sel-sel kanker.
Semua pasien telah diberikan setidaknya satu pengobatan tradisional dan ada juga yang telah melakukan transplantasi sel induk tetapi hasilnya tidak memuaskan.
Setelah imunoterapi, ada tujuh orang yang berhasil masuk ke tahap remisi lengkap, sementara empat lainnya mengalami perkembangan penyakit yang lebih lambat.
Pengobatan ini disebut terapi sel CAR-T, ditargetkan terhadap kanker darah, di mana dokter dapat menghilangkan sel-sel kanker dan menggantinya dengan darah yang sehat dan sel-sel kekebalan tubuh.
Baca Selengkapnya: Ditemukan Terapi Pengobatan Baru Kanker Limfoma
4. Rekayasa Genetik
Pertama kalinya di dunia, dua bayi yang menderita leukemia berhasil disembuhkan dengan pengobatan sel imun yang sudah direkayasa.
Berbeda dengan terapi serupa sebelumnya, sel-sel yang dipakai pada bayi tersebut berasal dari darah donor, bukan darah pasien itu sendiri.
Sel-T atau sel imun tersebut kemudian secara genetik dimanipulasi agar bisa menyerang dan membunuh sel-sel leukemia dengan lebih efektif.
Pengobatan kanker itu menggunakan sel-T yang dimodifikasi atau disebut dengan CAR-T yang diciptakan dari sel-sel imun milik donor darah.
Pada terapi sel-T tradisional, sel imun diambil dari tubuh pasien dan secara genetik direkayasa sebelum dikembalikan lagi ke tubuh.
Baca juga: Pasien Leukemia Berhasil Disembuhkan dengan Rekayasa Genetik
5. Transplantasi Sumsum Tulang
Transplantasi sumsum tulang belakang merupakan metode pengobatan yang mulai banyak dilakukan untuk pasien kanker darah atau leukemia. Di China, transplantasi sumsum tulang belakang sudah dilakukan sejak 1964.
"Saat dilakukan transplantasi sumsum tulang belakang, ada pasien berusia 22 tahun. Saat ini usianya sudah 74 tahun. Ini adalah rekor dunia karena dia bisa hidup lebih lama setelah transplantasi," ujar Presiden Direktur Rumah Sakit Lu Daopei, Peggy Lu saat ditemui di Rumah Sakit Lu Daopei, Beijing, China, Sabtu (12/3/2016).
Pasien wanita itu mendapat donor sumsum tulang belakang dari saudara kandungnya. Dijelaskan Peggy, donor dari saudara kandung atau hubungan adik dan kakak kandung memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi karena risiko penolakan tubuh yang menerima donor lebih rendah.
Baca Selengkapnya: Transplantasi Sumsum Tulang, Perpanjang Usia Pasien Leukemia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.