Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kali Pertama, Meteorit Hantam Permukaan Bulan saat "Blood Moon"

Kompas.com - 23/01/2019, 18:45 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Senin (21/01/2019), wilayah Indonesia disambangi fenomena supermoon. Sebenarnya, fenomena ini juga bertepatan dengan gerhana bulan total yang hanya bisa disaksikan di belahan bumi lain.

Kini, sebuah kabar tak biasa dari gerhana bulan total itu. Untuk pertama kalinya, para astronom dan pengamat gerhana menyaksikan bulan darah diiringi dengan kilatan batu antariksa.

Kilatan tersebut kemungkinan adalah sebuah meteorit yang menabrak permukaan bulan.

"Ini adalah penyelarasan yang jarang terjadi dari peristiwa langka," ungkap Justin Cowart, kandidat doktoral di Stony Brook Unversity, New York dikutip dari National Geographic, Selasa (22/01/2019).

Baca juga: Ingat, Sepanjang Malam Besok Supermoon akan Hiasi Langit Indonesia

"Satu meteorit dengan ukuran yang sama menabrak bulan sekitar seminggu sekali atau lebih," imbuhnya.

Meski begitu, Cowart menegaskan bahwa peristiwa meteorit memasuki atmosfer bulan ketika gerhana mungkin pertama kalinya tercatat.

Sempat Diragukan

Mulanya, para ilmuwan tidak mempercayai foto viral terkait fenomena ini. Apalagi kilatan cahaya dalam gambar itu lemah dan terjadi dengan singkat.

"Saya bertanya-tanya apakah itu mungkin efek lokal atau akibat dari penggunaan kamera," kata ahli planet Sara Mazrouei dari University of Toronto.

Namun, ketika gambar demi gambar lain menunjukkan hal yang sama, mereka menyadari itu bukan hal biasa.

Semua gambar tersebut menunjukkan setitik cahaya berkilauan di lokasi yang sama, yaitu selatan kawah Byrgius.

"Mereka semua tampak menunjukkan piksel cerah yang sama," kata Mazrouei.

Fenomena ini sudah lama dicari oleh para astronom seperti astrofisikawan Jose Maria Madiedo dari University of Huelva, Spanyol. Dia dan timnya di Moon Impacts Detection and Analysis System (MIDAS) membuat banyak persiapan gerhana bulan kali ini.

"Saya punya perasaan, kali ini akan menjadi saat yang ditunggu-tunggu," kata Madiedo dikutip dari New Scientist via Science Alert, Rabu (23/01/2019).

"Saya benar-benar senang ketika ini terjadi," imbuhnya.

Baca juga: Begini Urutan Gerakan Bayangan Bumi Saat Gerhana Bulan Terjadi

Mempelajarinya

Setelah mendapatkan gambaran mengenai fenomena tak biasa ini, para ilmuwan kini ingin mengumpulkan banyak pengamatan untuk mempelajari peristiwa itu secara rinci.

"Bumi dan bulan sangat dekat sehingga mengamati dampak hantaman meteorit itu bisa membantu kita belajar lebih banyak tentang frekuensi meteorit pada Bumi," jelas Mazrouei.

Hal ini juga ditegaskan oleh Madiedo.

"Dengan mengetahui apa yang terjadi dengan hantaman meteorit kecil, Anda bisa tahu apa yang mungkit terjadi pada dampak hantaman meteorit lebih besar tanpa benar-benar terjadi di Bumi," kata Madiedo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com