Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dalam 2 Hari Puluhan Ribu Kelelawar di Australia Mati, Ini Penyebabnya

Kompas.com - 17/01/2019, 18:32 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

Tidak hanya kelelawar yang sensitif terhadap suhu panas, kata para peneliti.

Namun, karena mereka sering bergerombol dalam jumlah besar di kawasan perkotaan, kematian mereka sangat mencolok.

"Hal ini harus membuat kita waspada kepada nasib binatang-binatang lain yang hidup di tempat tertutup dan terpisah dari makhluk hidup lainnya," ujar Welbergen.

Dia melihat kelelawar sebagai penanda bahaya untuk perubahan iklim.

"Data yang ada memperlihatkan bahwa suhu panas ini memiliki dampak yang serius pada spesies-spesies [binatang]. Proyeksi perubahan iklim memperlihatkan hal ini [suhu panas] akan meningkat di masa mendatang."

Upaya perlindungan

Para peneliti sudah sejak lama khawatir dengan keberlangsungan hidup kalong kacamata.

Populasinya telah berkurang lebih dari setengahnya dalam satu dekade terakhir, kata Dr David Westcott, yang mengetuai Program Pemantauan Kelelawar Nasional.

Di masa lalu, kematian massal suatu populasi sering dikaitkan dengan siklon. Namun, beberapa tahun belakangan ini, gelombang panas telah menjadi ancaman yang besar, kata Westcott.

"Kami sangat khawatir. Telah terjadi penurunan populasi untuk spesies yang tidak mengalami ancaman apapun di luar masalah cuaca," katanya kepada BBC.

Sebelum gelombang panas di bulan November, para ahli konservasi melobi pemerintah Australia untuk mengubah klasifikasi spesies kelelawar itu dari status "rentan" ke "dalam bahaya"- sebuah upaya yang diyakini dapat memperkuat usaha untuk menyelamatkan hewan tersebut.

Secara global, spesies kalong kacamata masuk dalam kategori hewan yang diberi kategori "berisiko rendah" (least concern) oleh Kelompok konservasi terkemuka dunia, International Union for the Conservation of Nature ( IUCN). Status itu diberikan kepada hewan yang tidak termasuk ke dalam spesies terancam atau mendekati terancam punah.

Para peneliti khawatir bahwa antipati ini akan menghalangi upaya konservasi. Keengganan ini mungkin muncul karena banyak orang yang takut akan terjangkit penyakit dari kelelawar. Beberapa pihak juga merasa suara kelelawar terlalu berisik.

Baca juga: 5 Cara Hadapi Gelombang Panas dan Penjelasan Ilmiahnya

Minggu ini, saat terjadi gelombang panas di New South Wales, pemerintah mengingatkan orang-orang untuk tidak mendekati kelelawar karena agresivitas binatang itu.

"Kelelawar dianggap sebagai tikus yang terbang di langit, jadi upaya untuk pelestariannya sangat sulit," kata Westcott.

"Kamu dapat melihat orang-orang yang malah senang saat melihat kalelawar bergeletakan di tanah saat gelombang panas."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com