Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Fosil Monster Laut Berusia 200 Juta Tahun Kejutkan Peneliti

Kompas.com - 09/01/2019, 19:30 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Sebuah analisis baru dari tengkorak monster laut berusia hampir 200 juta tahun mengejutkan para ilmuwan. Pasalnya, fosil tengkorak monster laut ini berukuran sangat besar dan terpelihara dengan baik.

Ukuran tengkorak hewan purba itu bahkan mencapai 1 meter dan tidak terjepit seperti banyak fosil periode Jurassic lain.

Namun, yang lebih mengejutkan para ilmuwan adalah monster laut tersebut memiliki "tulang" palsu.

Fosil dari ichthyosaurus ini sudah ditemukan sejak beberapa dekade lalu. Para peneliti menyadari bahwa kurator museum menambahkan bahan seperti kayu, tanah liat, hingga plester pada tengkorak hewan itu.

Baca juga: Fosil Kuda Ungkap Jejak Orang Terpandang di Pompeii 2.000 Tahun Lalu

Tujuan pemberian bahan lain pada tulang hewan yang mirip dengan lumba-lumba modern itu adalah untuk menstabilkan spesimen.

Baru-baru ini, para peneliti menghilangkan tanah liat dan melalukan pemindaian tomografi (CT) pada tengkorak tersebut. Tapi, para ilmuwan justru terkejut karena mengetahui lebih banyak bahan palsu pada fosil itu.

"Kami tidak mengetahui tanah liat dan bahan yang direkonstruksi masih tersisa, termasuk di beberapa tulang tempurung otak," ungkap Dean Lomax, ketua penelitian ini dikutip dari Live Science, Selasa (08/01/2019).

"Jadi, berdasarkan hasil CT scan, saya terkejut melihat seberapa baik tulang telah dipahat agar sesuai dengan warna dan bentuk asli," imbuh ahli paleontologi tersebut.

Sayangnya, bahan tambahan itu tidak bisa dihilangkan oleh para ilmuwan.

"(Itu) karena dapat menyebabkan tulang menjadi terfragmentasi atau rusak," tegas Lomax.

Meski begitu, analisis terbaru ini merupakan sebuah langkah besar dalam penelitian ichthyosaur. Apalagi, ini merupakan pertama kalinya peneliti berbagi rekonstruksi digital tengkorak dan rahang bawah reptil laut besar itu pada masyarakat.

Sebagai informasi, fosil ini ditemukan di ladang seorang petani di Warwickshire, Inggris tahun 1955. Meski sudah lebih dari 60 tahun ditemukan, tapi fosil itu tidak pernah dipelajari secara formal.

Setelah dipelajari, para peneliti menemukan bahwa fosil itu adalah Protoichthyosaurus prostaxalis. Spesies tersebut merupakan ichthyosaur dari masa Jurassic awal yang langka.

Hewan ini menggunakan giginya yang runcing untuk makan ikan.

Baca juga: Otak Fosil Ini Setengah Manusia, Setengah Kera

Dalam laporan yang dipublikasikan di jurnal PeerJ, tengkorak itu merupakan yang terbesar dalam sejarah penemuan. Panjang tengkorak itu mencapai hampir satu meter.

Padahal, tengkorak adalah 20 hingga 25 persen dari total panjang tubuh P.prostaxalis. Artinya, spesimen ini kemungkinan berikiran 3,2 hingga 4 meter.

Sayangnya, hanya ada sedikit tempurung otak asli dari hewan purba itu. Meski begitu, hasil CT scan para peneliti menunjukan tempat otak berada di kepala hewan tersebut.

"CT scan menunjukkan kanal panjang di dalam tulang tengkorak yang awalnya berisi pembuluh darah dan saraf," kata Laura Porro, ahli sel dan biologi perkembangan dari University College London yang terlibat.

"Adapun otak itu sendiri, sayangnya, tempurung otaknya tidak cukup lengkap sehingga kita dapat memberikan pengukuran spesifik dari ukuran atau bentuk otak," ujar Lomax.

"Tetapi apa yang dapat kita katakan adalah bahwa, berdasarkan pada bentuk tulang di sekitar otak (dan dari mempertahankan kesan struktur yang mengelilingi otak), tempurungnya sangat berbeda [dari] spesies ichthyosaurus lainnya," sambungnya.

Saat ini, fosil tengkorak ini dipamerkan di Thinktank, Museum Sains Birmingham.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau