Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

16 Juta Ton Mineral Langka Ditemukan di Jepang

Kompas.com - 01/01/2019, 17:00 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Awal tahun lalu, para peneliti menemukan deposit mineral langka di lepas pantai Jepang. Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature April 2018 lalu, jumlah yang ditemukan bahkan bisa untuk berabad-abad mendatang.

Dalam laporan tersebut, para peneliti menegaskan telah menemukan 16 juta ton logam mulia langka.

Mineral langka tersebut diketahui digunakan pada hampir segala hal, mulai dari baterai smartphone hingga kendaraan listrik.

Sebenarnya, unsur ini berlimpah di lapisan kerak bumi tapi biasanya tersebar luas di sejumlah wilayah. Dengan kata lain, mineral ini jarang ditemukan dalam jumlah besar di sebuah wilayah tertentu.

Baca juga: Pemanasan Global, Mineral Ini Bisa Serap Karbon Dioksida di Atmosfer

Saat ini, hanya ada beberapa daerah yang layak secara ekonomi untuk menambang logam langka ini.

Terlebih lagi, logam-logam tersebut mahal untuk diekstraksi.

Itulah mengapa temuan baru ini bisa mengubah peta ekonomi global. Apalagi deposit yang ditemukan cukup untuk "memasok logam-logam ini secara semi-tak terbatas ke dunia," tulis para peneliti dalam laporannya.

Menurut para peneliti, jumlah yttrium yang ditemukan bahkan bisa memenuhi permintaan global selama 780 tahun, disprosium selama 730 tahun, europium selama 620 tahun, dan terbium 420 tahun.

Lokasi tambang tersebut berada di lepas pantai Pulau Minamitori, sekitar 1.850 km dari Tokyo. Wilayah itu berada dalam zona ekonomi eksklusif Jepang.

"Ini adalah pembalik permainan untuk Jepang," ungkap Jack Lifton, pendiri perusahaan riset Technology Metal Research kepada The Wall Street Journal dilansir dari Science Alert, Minggu (30/12/2018).

Mineral bumi langka tersebut dibentuk oleh aktivitas gunung berapi. Tetapi banyak dari mineral di planet ini muncul akibat ledakan supernova saat Bumi terbentuk.

Ketika Bumi terbentuk, mineral tersebut "dimasukkan" ke dalam bagian terdalam mantel planet ini. Tepatnya mineral-mineral itu berada di lapisan batu di bawah kerak bumi.

Aktivitas tektonik kemudian memindahkan unsur langka itu menuju permukaan. Selanjutnya, proses pelapukan menyebarkan mineral langka ini ke seluruh planet.

Meski telah menemukan mineral langka dalam jumlah besar di wilayahnya, Jepang tidak bisa menambang begitu saja.

Baca juga: Jepang Temukan Tambang Mineral Tanah Jarang yang Nyaris Tak Terbatas

Menurut Yutaro Takaya, penulis utama studi ini, prosesnya mahal. Untuk itu, diperlukan lebih banyak penelitian untuk menentukan metode termurah menambang mineral-mineral tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com