"Apakah kita mampu hangat dalam berelasi dengan orang lain? Apakah kita memiliki kepedulian terhadap orang lain di sekitar kita? Apakah kita juga memiliki kepekaan terhadap kejadian-kejadian sosial di sekitar kita?," sambung Listyo.
Baca juga: Tsunami Selat Sunda Bisa Terjadi Lagi, tapi Kematian Karenanya Bisa Dihindari
Edukasi Masyarakat
Fenomena ini bukan tanpa solusi. Menurut Listyo, masyarakat bisa diedukasi mengenail hal ini.
"Edukasi yang mengarah sifatnya refleksi. Seperti merenungkan kembali makna tepo sliro...," kata Listyo.
"Artinya menempatkan diri sendiri pada kondisi korban dan keluarganya apakah bila dalam kondisi korban dan keluarga akan merasa seperti apa? Kemarahan dan ketidaknyamanan akan muncul," imbuhnya.
Rasa marah dan tidak nyaman ini nantinya yang akan membangkitkan lagi semangat kesetiakawanan nasional. Dengan kata lain, kesetiakawanan nasional bukan hanya sekedar slogan tetapi langkah nyata.
"Seperti di setiap kelurahan, RT atau RW perumahan mengkoordinasi bantuan apa yang bisa diberikan sehingga menumbuhkan kepekaan pada individu," tutur Listyo.
"Pendidikan keluarga dan sekolah yang mengajarkan ajaran kepedulian dan kasih sayang. Orangtua dan sekolah bisa memfasilitasi dan memberikan contoh kepada anak-anak sejak usia dini untuk peduli terhadap orang lain melalui perilaku sederhana seperti bakti sosial ataupun membantu teman," tambahnya.
Selain itu, Listyo menegaskan peran agama juga penting. Tidak hanya melalui aktivitas ibadah ritual terhadap Tuhan tetapi juga ditekankan relasi baik dan membantu sesama manusia untuk menumbuhkan humanistik.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.