Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Mengenal Fenomena "Sinkhole" dalam Amblesnya Jalan Gubeng Surabaya

Kompas.com - 22/12/2018, 17:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Di Indonesia, selain Surabaya, tanah ambles terjadi di Sukabumi pada 6 September 2018. Warga Tulung Agung, Jawa Timur pada Februari 2018 terdampak amblesnya tanah sedalam 20 sentimeter sampai satu meter menyebabkan sebagian dinding rumah roboh.

Tercatat ada 11 kejadian tanah amblas daerah berkapur Gunung Kidul Yogyakarta dengan diameter lubang 2-5 meter dengan kedalaman sampai enam meter.

Akibat aktivitas manusia

Beberapa aktivitas manusia yang dapat menyebabkan tanah ambles adalah: penghisapan dan penggunaan air bawah tanah secara berlebihan, pemindahan lapisan tanah saat pembuatan terowongan, pembuatan ruang bawah tanah atau penambangan, perubahan drainase aliran air permukaan dan penimbunan material sedimen.

Di Korea Selatan, tiga lokasi mengalami tanah ambles akibat aktivitas manusia. Pertama, di Incheon akibat konstruksi jalur kereta bawah tanah; kedua, depan kantor parlemen Seoul akibat adanya rembesan air drainase dan buangan; ketiga, di distrik Songpa karena konstruksi bangunan besar.

Kejadian amblas tanah pada jalan raya juga dilaporkan terjadi jalan di Cuernavaca Meksico, di Harbin, Cina; di trotoar di London, Inggris; dan Fukoaka, Jepang.

Bisakah sinkholes diprediksi?

Sayangnya, kemajuan teknologi pemantauan amblesnya tanah saat ini belum dapat dengan cepat dan tepat memprediksi kapan tanah akan ambles. Teknologi penginderaan jauh dengan menggunakan radar hanya dapat digunakan untuk memonitor terjadinya penurunan permukaan tanah, awal akan terjadinya sinkholes.

Para peneliti dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabayatelah melakukan hal ini dan memang menemukan bahwa tanah di Surabaya menurun antara 0,1-7,8 cm.

Penelitian menggunakan data satelit Alos Palsar menemukan penurunan muka tanah di Lhokseumawe, Medan, Jakarta, Bandung, Blanakan, Pekalongan, Bungbulang, Semarang, dan Sidoarjo.

Di kota-kota ini terjadi penurunan permukaan tanah dengan laju sampai 22 cm per tahun. Penyebab penurunan tanah di Kota Lhokseumawe dan Sidoarjo adalah eksplorasi gas bumi. Sedangkan pada kota-kota lain, penyebab utama terjadinya penuruan permukaan tanah akibat penghisapan air bawah tanah untuk industri, rumah tangga dan pertanian.

Di Korea Selatan, kamera termal inframerah telah dimanfaatkan untuk memonitor pergerakan permukaan tanah di Korea Selatan. Daerah yang berpotensi permukaan tanahnya akan ambles mempunyai energi termal yang lebih rendah dibandingkan dengan daerah sekitarnya.

Rehabilitasi daerah terdampak

Beragamnya faktor penyebab ambles permukaan tanah agak menyulitkan untuk menyusun rencana rehabilitasi yang efisien dan efektif. Pemerintah Afrika Selatan telah menyusun pedoman rehabilitasi kawasan karst yang ambles permukaan tanahnya.

Pada tahap awal perlu diketahui kedalaman amblesnya tanah apakah masuk kritera dangkal (< 8 m), sedang (8-15 m) dan dalam (> 15 m). Dengan rujukan ini, tanah ambles di Surabaya masuk kategori dalam.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau