KOMPAS.com - Bukan rahasia lagi bahwa manusia sangat mengubah lingkungan tempat tinggalnya. Tak hanya di sekitar rumahnya, tapi juga di Bumi.
Kini, sebuah peta komperehensif yang diterbitkan dalam nternational Journal of Applied Earth Observation and Geoinformation membuktikan hal tersebut.
Peta yang dikembangkan oleh ahli ilmu Bumi, Tomasz Stepinski dan timnya di Laboratorium Informatika Antariksa milik University of Cincinnati.
Peta tersebut mengungkapkan bahwa 22 persen dari total daratan di Bumi telah berubah antara tahun 1992 hingga 2015. Sebagian besar perubahan ini diperkirakan karena ulah manusia.
Perubahan paling umum adalah hilangnya hutan karena pembangunan pertanian. Perubahan paling umum lainnya adalah sebaliknya, pertanian menjadi hutan.
Cepatnya perubahan ini tercermin dalam peta tersebut.
"Ada begitu banyak pembicaraan tentang perubahan lingkungan," kata Stepinski dikutip dari Motherboard, Sabtu (01/12/2018).
"Namun yang mengejutkan tidak ada peta. Ada peta tentang tutupan lahan masing-masing, baik hutan dan pertanian. Tapi tidak ada peta tentang keduanya," imbuhnya.
Baca juga: Data Satelit Sempurnakan Peta Lempeng Tektonik Bumi, Ini Hasilnya
Untuk mengatasi kesenjangan ini, Stepinski dan koleganya menggunakan data satelit yang dikumpulkan oleh Lembaga Eropa tentang Perubahan Iklim. Data dari lembaga itu berupa peta geospasial tutupan lahan yang dirancang untuk memantau perubahan iklim.
Tim Stepinski kemudian memecah peta tersebut menjadi saluran sepanjang 81 km. Mereka juga menciptakan legenda berupa kotak berkode warna berdasarkan jenis transisi yang terjadi antara 1992 hingga 2015.
Warna kotak ini mencerminkan tingkat perubahan.
Warna paling terang berarti daerah itu berubah kurang dari 10 persen dari awal. Sedangkan, warna gelap mewakili perubahan lingkungan 30 persen atau lebih.
Proyek ini juga mengungkap rincian tentang perubahan lokasi tertentu. Misalnya saja hilangnya Laut Aral.
Hilangnya Laut Aral ini disebabkan oleh gangguan anak-anak sungainya akibat proyek irigasi. Proyek tersebut terlihat seperti gumpalan di perbatasan Kazakhstan dan Uzbekistan.
Wilayah lain yang terlihat rinciannya adalah hutan di pedalaman China, Afrika Barat, dan Rusia. Area-area itu digambarkan dalam warna hijau gelap.
Sedangkan hilangnya hutan di tenggara China dan urbanisasi besar-besaran di China timur laut digambarkan dengan warna merah marun dan merah muda.
Proyek Stepinski ini menyampaikan kenyataan bahwa manusia telah mengubah bentuk dunia dalam kecepatan yang mengkhawatirkan.
Peta-peta ini diharapkan bisa menjadi sumber berharga bagi peneliti lintas disiplin untuk mengantisipasi krisis di masa depan.
Baca juga: Peta Tunjukkan Wilayah Palu yang Rawan Likuefaksi, Rentan Ditelan Bumi
"Saya punya dua tujuan. Tujuan pertama saya bahkan tidak ilmiah tetapi bagi orang yang melihat ini bisa menyadari apa yang sedang terjadi," ungkap Stepinski.
"Tujuan kedua adalah bahwa ini seperti manual. Peta bukanlah akhir - bagi para ilmuwan, ini adalah permulaan. Mereka bisa melihat itu dan mengidentifikasi tempat yang berubah dan bisa fokus pada area tertentu serta melakukan lebih banyak penelitian," imbuhnya.