Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jatuh Cinta Baik bagi Kesehatan, Sains Telah Membuktikannya

Kompas.com - 15/11/2018, 08:00 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Kebanyakan orang tentu ingin merasakan jatuh cinta. Konon, dengan cinta, dunia menjadi tempat yang lebih baik dan indah.

Namun, ternyata jatuh cinta punya manfaat besar bagi kesehatan seseorang.

Sebuah penelitian baru mengkonfirmasi, perasaan jatuh cinta bisa membantu memperbaiki kondisi kesehatan seperti tekanan darah tinggi, nyeri, hingga reaksi alergi.

Menurut para peneliti dari University of Western Virginia, California, jatuh cinta merupakan hasil dari aktivitas 12 area otak yang bekerja bersama.

Mereka menyebut, perubahan aktivitas otak ini dimulai hanya dalam seperlima detik setelah seseorang kepincut atau jatuh hati.

Ada lonjakan bahan kimia seperti dopamin dan oksitoksin.

Dopamin adalah hormon yang mengatur respons emosional. Sedangkan oksitoksin dikenal juga sebagai "cuddle hormone" yang menginduksi rasa percaya dan mengurangi kecemasan.

Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Annals of Behavioral Medicine ini mungkin menjadi penjelasan mengapa orang yang jatuh cinta cenderung memiliki tekanan darah lebih rendah.

"Peristiwa hidup yang penting, seperti jatuh cinta, memiliki efek fisiologis serta emosional yang mendalam," ungkap Sir Cary Cooper, psikolog dari University of Manchester dikutip dari Daily Telegraph, Rabu (14/11/2018).

"Sistem kekebalan tubuh, hormon, dan banyak faktor lain kemungkinan terlibat," imbuhnya.

Pada penelitian lain, jatuh cinta juga bisa mempengaruhi kemampuan tubuh seseorang dalam melawan infeksi. Hal ini didapatkan peneliti setelah melakukan pengamatan terhadap 50 perempuan.

Baca juga: 7 Perubahan Otak dan Tubuh Saat Jatuh Cinta, Menurut Sains

Temuan yang diterbitkan dalam jurnal Psychoneuroendocrinology itu meyebut, dalam studi selama dua tahun, perempuan yang jatuh cinta memiliki perubahan genetik.

Perubahan genetik yang dimaksud berkaitan dengan konsentrasi senyawa yang lebih tinggi untuk melawan virus. Para peneliti berasumsi, tingkat dopamin yang berubah mungkin terlibat dalam hal ini.

Dalam temuan lain, para peneliti di Stanford University menemukan bahwa romansa bisa mengubah ambang rasa sakit. Mereka melakukan pemindaian otak untuk menilai respons terhadap rasa sakit selama peserta melihat foto orang yang dicintai.

Hasilnya, ketika melihat foto tersebut, rasa sakit yang dirasakan para peserta turun sebanyak 40 persen.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau