Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Sindrom Lemierre, Penyakit yang Bikin Atlet AS Meninggal?

Kompas.com - 05/11/2018, 18:27 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis


KOMPAS.com - Seorang mahasiswa sekaligus atlet di Kansas, negara bagian AS, mendadak meninggal karena terkena infeksi bakteri langka.

Ia adalah Samantha Scott (23), seorang atlet dayung di Kansas State University. Dua minggu sebelum meninggal, ia mengaku tak enak badan.

Menurut media lokal KDVR, Scott awalnya didiagnosis mengalami tonsilitis atau radang amandel. Gejala tonsilitis antara lain sakit tenggorokan, demam, dan nyeri saat menelan.

Seperti dilansir Live Science, Sabtu (3/11/2018), Scott tidak menderita tonsilitis. Ia sebenarnya telah mengembangkan penyakit yang disebut sindrom Lemierre. Sindrom ini sangat langka hingga dijuluki "penyakit yang terlupakan", dalam laporan kasus serupa pada 2006.

Baca juga: Shower Kamar Mandi Berpotensi Jadi Sarang Bakteri Berbahaya

National Institutes of Health's Genetic dan Rare Diseases Information Center (GARD) mengatakan, sindrom Lemierre adalah infeksi bakteri yang dimulai dari tenggorokan dan menyebabkan gejala mirip seperti tonsilitis, yakni sakit tenggorokan dan demam, diikuti pembengkakan salah satu vena jugularis di leher.

Setelah penderita mengalami gejala tersebut, jaringan yang dipenuhi nanah bergerak dari tenggorokan ke berbagai organ, termasuk paru-paru.

Sejumlah bakteri berbeda dapat menyebabkan sindrom Lemierre. Namun, yang paling umum adalah Fusobacterium necrophorum, sejenis bakteri yang ditemukan di tenggorokan, bahkan pada orang sehat.

Memang, kondisi ini sering muncul pada orang muda yang sehat, tetapi mengapa ia berkembang menjadi sesuatu yang sangat mematikan masih belum dapat dijelaskan dengan baik.

"Satu teori mengatakan, virus tertentu atau infeksi bakteri lainnya memungkinkan bakteri F. necrophorum menyerang selaput lendir di tenggorokan," kata GARD.

Baca juga: Bukalah Jendela Setiap Hari untuk Kurangi Bakteri dalam Kamar

Kondisi ini dapat diobati dengan antibiotik, tetapi tindakan cepat diperlukan, karena penundaan dalam diagnosis empat hari atau lebih memiliki risiko yang lebih buruk.

"Sayangnya, diagnosis sering tertunda karena gejala awal yang tidak berbahaya dan kurangnya kesadaran akan penyakit tersebut," tulis laporan kasus 2006.

Menurut University of Alabama di Birmingham (UAB), meski disebut "penyakit yang terlupakan" sindrom ini sebenarnya cukup umum dan dokter telah mencoba mengendalikan penggunaan antibiotik mereka.

UAB mencatat, sekitar satu dari 70.000 orang dewasa muda mengalami kondisi ini setiap tahun, dan sekitar 6 persen meninggal akibat penyakit ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com