Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Petugas Damkar Meninggal karena Serangan Jantung, Mengapa?

Kompas.com - 12/10/2018, 19:32 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Petugas damkar (pemadam kebakaran) memiliki tanggung jawab sangat besar untuk menghentikan api sekaligus menyelamatkan korban kebakaran. Selain tanggung jawab yang berat, pekerjaan mereka juga sangat berisiko dan mengancam nyawa.

Ada banyak petugas damkar di lapangan yang meninggal justru karena serangan jantung, bukan cedera yang berkaitan dengan api. Sejauh ini hanya sedikit studi yang membahas tentang fakta lapangan tersebut.

"Statistik layanan kebakaran telah lama menunjukkan bahwa banyak petugas damkar yang meninggal karena serangan jantung dadakan," ujar Denise Smith, dilansir Business Insider, Jumat (28/9/2018).

Penasaran apa yang terjadi, Smith memimpin sebuah penelitian untuk mencari tahu penyebabnya.

Baca juga: NASA Rilis Peta yang Soroti Jumlah Kebakaran Hutan di Bumi

Dalam studi yang terbit di jurnal American Heart of  Association, tim Smith menemukan bahwa petugas damkar lebih mungkin terkena serangan jantung dibanding petugas stasiun.

Untuk melihat mengapa kematian terkait jantung lebih banyak menimpa petugas Damkar, Smith yang memimpin Laboratorium Kesehatan dan Keselamatan Responden Pertama di Universitas Skidmode, New York, mengamati 627 data otopsi petugas damkar berusia 18 sampai 65 tahun yang meninggal pada 1999 sampai 2014.

Keseluruhan penyebab kematian dibedakan menjadi dua, yakni 276 kasus jantung dan 351 kasus trauma.

Menariknya, hampir dari 20 persen serangan jantung dadakan berujung kematian, sementara 80 persen lainnya sudah memiliki riwayat penyakit jantung koroner seperti penyempitan arteri atau pembengkakan jantung.

Studi menemukan, pembengkakan jantung atau sebelumnya pernah mengalami serangan jantung adalah faktor yang dapat meningkatkan risiko kematian sampai enam kali lipat. Sementara penyempitan arteri jantung meningkatkan risiko kematian sampai sembilan kali lipat.

Meskipun penelitiannya tidak bisa membuktikan apakah atau bagaimana pekerjaan sebagai seorang petugas pemadam kebakaran meningkatkan risiko penyakit jantung, beberapa aspek pekerjaan mungkin bisa menjelaskan kaitannya, kata Smith.

"Paparan asap, jelaga, bahan kimia di udara, pola tidur yang terganggu, dan tingginya tingkat stres kerja, semuanya berkontribusi pada masalah jantung," kata Smith.

Ia juga tidak dapat memastikan apakah petugas pemadam kebakaran lebih mungkin atau lebih jarang mengalami penyakit jantung dibanding bidang pekerjaan lainnya.

Ia hanya mengatakan, studi yang dilakukannya jelas menunjukkan bahwa tugas pemadam kebakaran seperti kerja otot yang berat, tekanan panas, aktivasi sistem saraf simpatik, dan paparan asap dapat memicu penyakit jantung.

Salah satu kekurangan studi yang dilakukan Smith adalah data otopsi yang digunakan tidak memiliki deskripsi yang seragam tentang penyakit jantung atau kriteria untuk mendefinisikan pembengkakan jantung.

Mereka juga memiliki keterbatasan data tentang faktor risiko tertentu yang bisa menyebabkan penyakit jantung, misalnya kebiasaan merokok atau tekanan darah tinggi.

Baca juga: Musim Kemarau Meluas, BMKG: Waspada Potensi Kebakaran Hutan dan Lahan

Meski begitu, Dr Stefanos Kales, seorang ahli dari Kesehatan Masyarakat Harvard TH Chan School di Boston  yang tidak terlibat dalam penelitian mengatakan bahwa studi ini menawarkan bukti baru dari bahaya stres tinggi dan pekerjaan yang menggunakan fisik terhadap penyakit jantung.

"Intinya, orang yang memiliki riwayat penyakit jantung akan berbahaya jika melakukan pekerjaan berat, terutama dalam situasi stres yang bisa meningkatkan lonjakan adrenalin dan hormon terkait yang menantang sistem kardiovaskular," ujar Kales melakui email.

"Karena itu, meskipun pemeriksaan terhadap petugas pemadam kebakaran sejak dulu difokuskan pada penyakit pembunuh darah jantung (faktor risiko jantung dan tes stres), pemeriksaan itu juga harus mencakup pemindaian seperti echocardiogram untuk mengidentifikasi kemungkinan pembengkakan jantung, meningkat ketebalan dinding jantung atau adanya serangan jantung sebelumnya," pungkas Kales.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com