Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membesuk Kanker Paru, Penyakit yang Merenggut Nyawa Istri Indro Warkop

Kompas.com - 10/10/2018, 08:55 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

“PD-L1 sebagai indikator. Kalau tinggi bisa memiliki respons yang baik terhadap imonoterapi,” kata Sita.

Prosedur pengobatan kanker paru lainnya adalah targeted therapy. Setiap pasien akan mendapatkan pengobatan yang berbeda yang disesuaikan dengan marker molekuler.

“Kalau dulu NSCLC dan SCLC langsung diberikan kemoterapi, semuanya sama. Perbedaannya dari fenotipe kanker itu. Tapi sekarang semua terapi itu berdasarkan genotipenya karena ada perbedaan genotipe kanker paru,” kata

Dalam konteks Asia, salah satu genotipe yang paling sering didapatkan adalah mutasi Epiderma Growth Factor Receptop (EGFR). EGFR berperan dalam pertumbuhan sel kanker.

Sita menuturkan, dalam konteks Indonesia, pada tahun 2013 terdapat 42 persen mutasi EGFR pada kanker paru.

Apakah Punya Harapan?

Dr Aru mengatakan, kanker paru adalah jenis kanker paling mematikan. Kematian akibatnya lebih tinggi daripada kanker usus besar, payudara, dan prostat. Bahkan jika ketiga jenis kanker itu digabung, risiko kematian akibat kanker paru lebih tinggi.

"Pada (kanker) stadium IV, 5 year survival rate itu 1 persen. Artinya setelah lima tahun, hanya satu dari 100 pasien yang masih hidup. Sebagian besar sudah meninggal dalam dua tahun setelah diagnosis ditegakkan," jelas Aru.

Kabar baiknya, jika belum punya penyakitnya, kita bisa mencegah. DR Aru menuturkan, dengan memodifikasi gaya hidup, sebesar 30 persen risiko kanker bisa dicegah.

Bila telah menderita, ada harapan dengan tersedianya imunoterapi di Indonesia.

Imunoterapi merupakan pengobatan kanker yang bertujuan mencegah interaksi antara sel T milik sistem imun dan tumor. Saat tumor dan sel T berinteraksi, sebuah protein di tumor yang disebut Programmed Death-Ligand 1 (PD-L1) melumpuhkan sel T sehingga sel-sel imun tidak dapat mengenali dan membunuh sel-sel kanker.

"Sebenarnya sel imun tubuh bisa membunuh sel kanker, tetapi sel-sel kanker sangat pintar, dia bisa membuat zat-zat yang melemahkan respon imun atau dengan cepat berganti bentuk sehingga sulit dikenali sel-T. Selain itu, sel kanker juga dapat mengelabui sel T. Melalui imunoterapi, interaksi ini dihambat sehingga sel T bisa mendeteksi dan mengenali sel kanker," kata dr Sita.

Obat anti PD-L1 Pembrolizumab merupakan pengobatan kanker paru yang memberi hasil signifikan. Percobaan klinis menunjukkan obat tersebut meningkatkan usia harapan hidup dan memiliki aktivitas anti-kanker yang kuat pada pasien kanker paru stadium lanjut.

Ingin tahu lebih lanjut soal kanker paru, Kompas.com akan menggelar live Facebook dengan dr Jamal Zaini Sp. P (K) Ph.D dari Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) pada Kamis (11/10/2018) pukul 14.00 WIB.

dr. Jamal Zaini, Sp. P (K), Ph.D

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "“Live” Facebook Kompas.com, Mengupas Habis Kanker Paru dengan Pakar", https://sains.kompas.com/read/2018/10/09/125533223/live-facebook-kompascom-mengupas-habis-kanker-paru-dengan-pakar.
Penulis : Shierine Wangsa Wibawa
Editor : Shierine Wangsa Wibawa

dr. Jamal Zaini, Sp. P (K), Ph.D

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "“Live” Facebook Kompas.com, Mengupas Habis Kanker Paru dengan Pakar", https://sains.kompas.com/read/2018/10/09/125533223/live-facebook-kompascom-mengupas-habis-kanker-paru-dengan-pakar.
Penulis : Shierine Wangsa Wibawa
Editor : Shierine Wangsa Wibawa

Baca juga: “Live” Facebook Kompas.com, Mengupas Habis Kanker Paru dengan Pakar

Tulisan dirangkum dari hasil-hasil peliputan Kompas.com tentang kanker paru

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com