Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Krakatau Aktif tetapi PVMBG dan Mbah Rono Malah Ungkap Kabar Baik

Kompas.com - 05/10/2018, 07:30 WIB
Gloria Setyvani Putri,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gunung Anak Krakatau yang ada di selat Sunda kembali mendapat sorotan setelah terus menerus mengeluarkan lava pijar.

Menurut laporan Kantor Berita ANTARA, Gunung Anak Krakatau mengeluarkan aktivitas kegempaan sebanyak 156 kali sepanjang Selasa (2/10/2018) hingga Rabu dini hari (3/10/2018).

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kasbani membenarkan bahwa Gunung Anak Krakatau setiap hari erupsi dan terus mengeluarkan lava pijar.

Lontaran material pijar jatuh di sekitar pantai yang membuat radius bahaya Gunung Anak Krakatau di batas 2 kilometer dari kawah.

Baca juga: Gunung Anak Krakatau Meletus 576 Kali, BNPB: Tak Perlu Khawatir

"Jadi kalau keliling (di sekitar Gunung Anak Krakatau) pakai kapal mau lihat lava pijar, jaraknya 2 kilometer, itu masih enggak apa-apa. Jangan mendarat, itu saja," kata Kasbani saat dihubungi Kompas.com, Kamis (4/10/2018).

"Harus waspada tapi jangan takut secara berlebihan," imbuh Kasbani.

Dalam kesempatan wawancara tersebut, Kasbani sekaligus membantah adanya rumor akan terjadi tsunami di Gunung Anak Krakatau.

Meski saat ini Gunung Anak Krakatau berstatus Waspada, namun menurutnya erupsi yang dikeluarkan berskala kecil. Sehingga, Gunung Anak Krakatau masih terbilang aman dalam radius 2 kilometer.

Kasbani menyebut, erupsi yang dikeluarkan Gunung Anak Krakatau merupakan fase pembangunan atau pertumbuhan gunung.

Hal ini pun disepakati oleh Surono, ahli vulkanologi. Ia menambahkan, Gunung Anak Krakatau merupakan gunung api muda yang memang sudah seharusnya terus erupsi.

"Sama seperti manusia muda, dia (Gunung Anak Krakatau) juga harus aktif dan banyak bergerak. Saat Gunung Anak Krakatau meletus, itu supaya dia bisa tumbuh. Karena gunung api cara tumbuhnya dengan erupsi, bukan seperti pohon. Maka erupsi gunung anak krakatau adalah hal wajar dan harus," ujar Surono dihubungi Kamis (10/4/2018).

Potensi pariwisata

Surono juga menyinggung aktivitas Gunung Anak Krakatau seperti saat ini akan lebih baik jika dinikmati sebagai potensi pariwisata, bukannya ditakuti.

"Kalau menurut saya, ini harusnya dipromosikan. Ayo piknik ke Lampung atau Banten dan waktu malam lihat gunung anak Krakatau pakai kapal," kata Sarono.

"Tapi jaraknya enggak terlalu dekat ya, misal di pulau sebelahnya. Saya rasa ini adalah sesuatu yang unik dan mungkin tidak ada di manapun, bahkan di luar negeri sekalipun," imbuhnya sambil menceritakan pengalamannya melihat gunung anak krakatau yang sangat indah saat mengeluarkan lava pijar di malam hari.

Menjadi negara yang memiliki gunung api paling banyak, Surono mengatakan sudah saatnya kita mencintai gunung api dan menikmati keindahannya.

"Ngapainlah khawatir, enggak usah khawatir. Ikuti batasnya," ujarnya.

Baca juga: Erupsi Gunung Soputan Sudah Terpantau dari Senin Lalu

Kehebohan di media sosial

Menanggapi kehebohan di media sosial tentang erupsi GAK, Kasbani menghimbau kepada semua masyarakat untuk tidak ikut menyebarkan keresahan.

"Jangan menyebarkan hoaks dan menyebabkan keresahan. Masyarakat juga seharusnya mencari informasi dari sumber resmi. Jangan setiap ada fenomena apa ikut menanggapi dan memviralkan," pesan Kasbani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Kemenyan Indonesia Berpotensi Jadi Bahan Parfum Premium Dunia
Kemenyan Indonesia Berpotensi Jadi Bahan Parfum Premium Dunia
Oh Begitu
Potensi Sesar Aktif Ditemukan di Semarang, Demak, dan Kendal: Ancaman Tersembunyi di Tengah Kota
Potensi Sesar Aktif Ditemukan di Semarang, Demak, dan Kendal: Ancaman Tersembunyi di Tengah Kota
Fenomena
Penelitian: Tujuh Makanan yang Membantu Perkuat Daya Tahan Tubuh
Penelitian: Tujuh Makanan yang Membantu Perkuat Daya Tahan Tubuh
Kita
Pakar IPB: Badak Jawa Hanya Tersisa 87-100 Ekor di Ujung Kulon
Pakar IPB: Badak Jawa Hanya Tersisa 87-100 Ekor di Ujung Kulon
Oh Begitu
Jejak Manusia Purba di Sulawesi Ternyata Lebih Tua dari yang Diduga
Jejak Manusia Purba di Sulawesi Ternyata Lebih Tua dari yang Diduga
Oh Begitu
Ayam Warna-Warni: Fakta Mengejutkan di Balik Bulu Indah dan Lucu
Ayam Warna-Warni: Fakta Mengejutkan di Balik Bulu Indah dan Lucu
Oh Begitu
Mengapa Kita Makin Sering Bertemu Ular Piton? Ini Penjelasan Pakar IPB
Mengapa Kita Makin Sering Bertemu Ular Piton? Ini Penjelasan Pakar IPB
Oh Begitu
Wudingloong wui, Dinosaurus Tertua di Asia Timur Ditemukan di China
Wudingloong wui, Dinosaurus Tertua di Asia Timur Ditemukan di China
Fenomena
Dua Bintang Jadi Penyebab Bentuk Tak Biasa Nebula NGC 6072
Dua Bintang Jadi Penyebab Bentuk Tak Biasa Nebula NGC 6072
Fenomena
Mengapa Bom Atom di Hiroshima Meninggalkan Bayangan Manusia di Trotoar?
Mengapa Bom Atom di Hiroshima Meninggalkan Bayangan Manusia di Trotoar?
Oh Begitu
Bayangan Abadi di Hiroshima: Jejak Manusia yang Membisu Setelah Ledakan Bom Atom
Bayangan Abadi di Hiroshima: Jejak Manusia yang Membisu Setelah Ledakan Bom Atom
Kita
Stephenson 2 DFK 52: Raksasa Merah Misterius yang Bikin Takjub
Stephenson 2 DFK 52: Raksasa Merah Misterius yang Bikin Takjub
Fenomena
8 Fenomena Langit Spektakuler di Bulan Agustus: Parade Planet hingga Hujan Meteor
8 Fenomena Langit Spektakuler di Bulan Agustus: Parade Planet hingga Hujan Meteor
Oh Begitu
Jejak Gigi Berusia 300.000 Tahun di China: Bukti Kawin Silang Manusia dengan Homo Erectus?
Jejak Gigi Berusia 300.000 Tahun di China: Bukti Kawin Silang Manusia dengan Homo Erectus?
Kita
Bintang Laut Bokong Besar dan Si Ubi Ungu Kecil Ditemukan di Laut Dalam Argentina
Bintang Laut Bokong Besar dan Si Ubi Ungu Kecil Ditemukan di Laut Dalam Argentina
Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau