"Di zaman sekarang dokter kalau diagnosis itu penting. Pasien juga harus minta untuk didiagnosis. Harus tau apa penyebab infeksi, apakah bakteri, virus, atau jamur. Lalu sakitnya itu apakah disebabkan oleh bakteri atau virus? Lalu disamakan apakah jenis bakteri dan antibiotik sesuai. Itu pun belum tentu sembuh. Durasi antibiotik juga enggak boleh lama-lama," ujar Harry.
Baca juga: Akhir Tragis Pasien Pertama yang Diobati dengan Antibiotik
Harry menambahkan, banyak dokter yang hanya terfokus pada penyembuhan gejalanya saja, tidak masuk kepada tahap diagnosis.
"Misalnya kalau flu kita dapat antibiotik, sedangkan flu itu disebabkan oleh virus, ya enggak cocok. Justru antibiotik akan membunuh bakteri tersebut," jela Harry yang juga menjadi Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba, Kementerian Kesehatan RI.
Isu mengenai bakteri bukan menjadi isu sempit yang dikhawatirkan hanya terjadi di Indonesia. Harry menjelaskan, bakteri jahat telah menjadi ancaman kematian di seluruh dunia.
Ia melanjutkan, jika hal ini tidak ditindaklanjuti, akan terjadi 10 juta kematian per tahun akibat bakteri jahat di seluruh dunia, dan Asia akan menyumbang 4,7 jiwa juta per tahun di antaranya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.