Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Nursiah dan Anaknya Lawan Rubella Meski Sudah Diimunisasi

Kompas.com - 19/09/2018, 13:38 WIB
Bhakti Satrio Wicaksono,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Perhatian akan penyakit campak dan rubela masih belum merata di Indonesia. Padahal, rubella dapat menyebabkan ketulian, kebutaan, hingga kelainan jantung.

Daerah dengan cakupan pencegahan paling sedikit adalah Aceh. Tercatat hanya ada 7 persen anak yang diimunisasi dan divaksinaki untuk mencegah penyakit tersebut.

Nursiah (47), warga Mon Geudong, Lhoksumawe Aceh, membagikan kisahnya sebagai seorang ibu yang berjuang untuk anaknya yang menderita rubella.

“Saya terkena rubella saat mengandung 2 bulan. Saat itu saya enggak tahu itu rubella. Saya tahunya itu campak. Ketika saya ke dokter, saya disarankan untuk dirawat di rumah. Karena saya sedang hamil, kata dokter saya enggak bisa dikasih obat,” jelas Nursiah.

Baca juga: Kisah Laura, dan Asanya bagi Penyandang Tunarungu di Indonesia

Nursiah bukanlah satu-satunya orang yang menderita rubella di keluarganya. Penyakit langka ini juga dialami anak keduanya, Syakila (7), yang didiagnosis menderita rubella pada usia 2 tahun.

Padahal, Nursiah dan keluarganya memiliki kesadaran tinggi akan pentingnya kesehatan. Mereka juga  mengikuti segala jenis imunisasi untuk mencegah berbagai penyakit.

"Saya sendiri vaksin lengkap, anak saya yang pertama lengkap, itu yang disayangkan, lingkungan. Saya sendiri juga imunisasi, tapi karena lingkungan sedang terwabah, dan saya sedang hamil, saya ikut kena," ungkap Nursiah.

Untuk mengobati rubella, Nursiah sudah mengorbankan harta bendanya, termasuk menjual rumah untuk asa bagi Syakila.

Nursiah menuturkan, putrinya sudah melakukan beberapa operasi untuk melawan rubella. Mulai dari tanam lensa karena putrinya mengalami katarak akibat rubella, dan operasi jantung akibat penyakit yang sama.

"Syakila sekarang sudah tidak bisa mendengar. Saya ingin sekali membelikan dia implan, tapi saya tidak sanggup karena harganya ratusan juta untuk implan," ungkap Nursiah yang hadir bersama putrinya pada diskusi Jalan Panjang MUI Vaksin MR, Selasa (18/09/2018) di Kominfo Jakarta.

Baca juga: Kisah Dhona Rifana, Penyintas dan Guru Talasemia

Ia berharap kejadian seperti ini tidak dialami oleh keluarga lainnya. Untuk itu, Nursiah berpesan agar semua orang tanpa terkecuali mau melakukan imunisasi untuk mencegah wabah campak dan rubella.

Kasus yang dialami Nursiah adalah bukti nyata pentingnya imunisasi dan vaksinasi agar dilakukan semua masyarakat.

Walaupun ia dan keluarga melakukan imunisasi, namun jika masyarakat sekitar banyak yang tidak melakukannya dan terserang penyakit maka orang yang sudah diimunisasi pun dapat tertular.

"Harapan saya pada siapapun yang anti terhadap virus. Jangan lah mengatakan vaksin itu haram. Bagaimana jika anda yg mengalami. Saya mengalami sendiri. Saya harus mengobati anak saya. Saya harus mengoperasi jantung. Saya harus mengoperasi mata karena katarak," jelas Nursiah.

"Jadi tolonglah jangan liat haramnya, tapi bagaimana kalau kita yg mengalami. Saya pesan, tolong perhatian pada imunisasi. Bukan hanya pada anak saja, tapi pada kita juga ibu hamil. Satu kena semuanya kena,” tambahnya.

Baca juga: Kisah Bambang dan Novi, Rela Berkorban Hati demi Kesembuhan Anak

Nursiah menyampaikan, saat ini harapan untuk Syakila dapat kembali hidup normal sangat kecil, bahkan cenderung tidak ada.

"Harapan dari dokter tidak ada. Operasi jantung sudah, mata sudah, terapi juga. Kemungkinan sembuhnya kecil, meskipun nanti pasang implan, tetap belum maksimal. Saat ini ya cuma bisa terapi, entah sampai kapan, enggak tau," ungkapnya lirih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com