Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jelang Hari Tuli Sedunia: Penyandang Tunarungu Perlu Edukasi Kesehatan

Kompas.com - 09/09/2018, 17:35 WIB
Bhakti Satrio Wicaksono,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Edukasi kesehatan merupakan hak bagi seluruh manusia. Termasuk bagi penyandang tunarungu.

Penyandang tunarungu memang menghadapi kesulitan dalam memperoleh informasi karena terbentur ketidakmampuan mereka untuk mendengar dan menyampaikan keluhan yang mereka rasakan.

Menurut Shanti Farida Rachmi, Ketua Kegiatan Pengmas Program Terapeutik bagi Masyarakat Tunarungu, sampai saat ini data secara rinci dari riset kesehatan dasar (riskesdas) terkait penyakit yang dapat menjangkit masyarakat tunarungu belum ada.

Data yang disajikan oleh riskesdas hanyalah data secara umum yang mungkin saja penyandang tunarungu masuk di dalamnya. Terutama pada dua dari empat penyakit yang berbahaya di Indonesia, diabetes mellitus dan hipertensi.

Shanti khawatir banyak masyarakat tunarungu belum banyak yang mendapatkan bekal pengetahuan tentang penyakit tersebut.

“Jadi yang sebelumnya kami kaji, sebelum melaksanakan kegiatan ini, untuk kesehatan terutama mental health, bagi masyarakat tunarungu, beberapa sudah disoroti, namun untuk hal-hal bersifat fisiologis, itu sangat jarang sekali,” ungkap Shanti saat ditemui pada kegiatan Seminar dan Sosialisasi Video Edukasi Hipertensi dan Diabetes Mellitus, Sabtu (08/09/1992) di Depok.

Shanti menambahkan, sebagian besar dari penyandang tunarungu masih menyimpan ketidakpahaman terkait penyebab hipertensi. Sebagai contoh, menurut Shanti, banyak dari mereka paham akan pentingnya olahraga.

Manurut Shanti, pemahaman penyandang tunarungu tentang olahraga hanya sekedar pada suatu kegiatan yang baik untuknya. Tapi mungkin mereka belum memahami olahraga bagaimana yang baik untuk mencegah atau penderita hipertensi dan diabetes.

Baca juga: Angkie Yudistia Menembus Keterbatasan Stigma Tunarungu

Untuk menarik minat dari masyarakat tunarungu, kegiatan ini menyajikan dua video edukasi terkait pengenalan dan pencegahan penyakit hipertensi dan diabetes kepada para peserta yang hampir seluruhnya adalah masyarakat penyandang tunarungu.

“Jadi video edukasi ini kami bekerjasama dengan Pusbisindo, Pusat Bahasa Isyarat Indonesia, untuk membuat sebuah video yang memang, kita upayakan lebih banyak ke reka adegan," ujar Shanti.

"Sehingga mereka (penyandang tunarungu) lebih memahami apa saja yang seharusnya dilakukan untuk mencegah diabetes dan hipertensi. Pemeran dalam video ini tentu saja juga penyandang tunarungu dan dipandu dari Pusbisindo sebagai naratornya,” sambungnya.

Sebelumnya, Shanti dan timnya dari Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia hanya terfokus pada penanganan penyakit kronik pada dewasa yang tidak memilki kebutuhan khusus.

Sehingga ini merupakan kegiatan pendobrak yang akan dikerjasamakan dengan antar-departemen di Fakultas Ilmu Keperawatan.

Rencananya, video edukasi ini akan dilakukan penyempurnaan dengan melakukan evaluasi yang masukannya akan diberikan oleh penyandang sendiri.

Jika dirasa sudah cukup baik, Shanti berencana untuk menyebarluaskan video ini dan menambah konten kesehatan lain yang lebih variatif.

“Kelanjutan dari kegiatan ini, sebagai program tahap sosialisasi, akan ada kegiatan pada saat Hari Tuli Sedunia 23 september nanti, kita akan membuka stand di Kementerian Komunikasi dan Informasi dan menampilkan video ini, serta melakukan pemeriksaan kesehatan bagi penyandang tunarungu,” ujar Shanti.

Baca juga: Awas, Kebiasaan Dengar Musik Kencang Pakai Earphone Bikin Tuli

Shanti yang berasal dari Departemen Keperawatan Dasar, Universitas Indonesia, berencana bekerja sama dengan seluruh departemen lain di dalam fakultas, terutama pada departemen keperawatan jiwa.

“Untuk mental health, tentu saja, karena masyarakat tunarungu ini sulit untuk mengekspresikan perasaannya, sehingga pendekatan untuk pencegahan terjadinya stres, cemas, marah sampai terjadinya depresi, bisa kita kerjasamakan dengan departemen keperawatan jiwa,” jelas Shanti.

“Mudah-mudahan dengan adanya kegiatan ini dapat menjadi gagasan baru, memberikan gambaran bagi masyarakat bahwa mereka juga membutuhkan pendidikan kesehatan. Ini adalah langkah awal, mungkin ada kelanjutannya nanti sebagai suatu bentuk kasih sayang kita terhadap mereka,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com