Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah 60 Tahun, Karaginan Sukses Diubah Jadi Obat Masuk Angin Ampuh

Kompas.com - 31/08/2018, 17:53 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Demam, hidung tersumbat, bersin-bersin, dan badan panas dingin tak karuan menjadi masalah kesehatan manusia sepanjang masa. Selesma atau common cold, demikian penyakit itu secara medis disebut, kerap disamakan dengan flu yang biasanya memiliki gejala lebih berat.

Orang dewasa mungkin tak terlalu peduli dengan masuk angin. Kerokan dan selesai. Namun pada anak, masuk angin terjadi lebih sering, hingga setidaknya 8 kali dalam setahun. Ini membuat orangtua khawatir, anak absen dari sekolah, dan memicu konsumsi antibiotik yang tak perlu.

Riset karaginan - senyawa karbohidrat kompleks dari rumput laut merah - yang salah satunya dilakukan oleh Common Cold Center di Cardiff University, Inggris, kini membuahkan hasil. Hadir di Indonesia dalam produk semprotan hidung, karaginan mampu mempersingkat periode masuk angin hingga 2 hari.

Baca juga: Influenza Berbeda dengan Selesma, Kenali Perbedaan dan Pencegahannya

Riset 60 Tahun

Ronald Eccles dari Coomon Cold Center mengungkapkan, potensi antivirus karaginan sebenarnya telah diketahui sejak 1958. Kala itu, Paul Gerber Squibb Institute for Medical Research New Brunswick di New Jersey merilis hasil riset pengaruh ekstrak rumput laut merah pada penghambatan virus flu B pada embrio ayam.

Riset yang dipublikasikan di Proceeding of the National Academy of Sciences itu mengungkap, karaginan pada ekstrak rumput laut bisa menghambat infeksi flu B tapi tidak flu A jika diberikan dalam jangka waktu kurang dari 24 jam.

Hasil riset itu lama "terkubur" hingga Eccles tertarik untuk mempelajarinya pada 1988. Di lembaga riset universitasnya, Eccles merancang serangkaian uji dalam jaringan untuk membuktikan kembali pengaruh karaginan pada Rhinovirus yang menyebabkan masuk angin.

"Salah satu uji klinis yang saya lakukan pada manusia, saya mengambil sampel mahasiswa yang terkena common cold pada tahap awal lalu memberinya karaginan. Kelompok mahasiswa lain sebagai plasebo," jelasnya ketika ditemui Kompas.com di Bali, Senin (27/8/2018).

Dalam salah satu risetnya yang dipublikasikan di Respiratory Research pada Agustus 2010, Eccles menbuktikan bahwa karaginan berhasil menurunkan jumlah virus (viral load) hingga 92 persen. Sementara pada grup yang tidak diberi karaginan, jumlah virus berlipat 6 kali.

Riset lain yang dipublikasikan di jurnal yang sama pada Oktober 2015 mengungkap, jenis karaginan Iota yang dikemas dalam bentuk semprot hidung bisa menghambat perkembangan common cold pada empat hari pertama, saat gejala flu biasanya paling terasa.

Baca juga: Penggunaan Antibiotik Sedunia Meroket, Ini Sebabnya

Penelitian lain yang dilakukan Martin Koenigfoher dari Medical University of Vienna dan dipublikasikan di Multidicipline Respiratory Medicine pada November 2014 mengungkap, karaginan Iota bisa mempersingkat durasi masuk angin hingga 2 hari dan mencegah kembalinya gejala yang sama hingga 21 hari kemudian.

Eccles menerangkan, karaginan memiliki keampuhan karena prinsip pengambatannya. "Virus bermuatan positif sementara karaginan bermuatan negatif. Jadi virus akan tertangkap oleh karaginan dan lalu terenkapsulasi," urainya.

Ampuh dan Aman

Bambang Supriyatno Sp.A (K) dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengutarakan, pengobatan masuk angin dengan karaginan memiliki kelebihan karena aman dan minim efek samping. Karaginan, katanya, adalah senyawa yang telah banyak dimanfaatkan untuk bahan pangan dan diakui aman oleh Food and Drugs Administration (FDA).

Di samping itu, karaginan yang mampu mengurangi gejala common cold hingga 2 hari berpotensi mengurangi konsumsi antibiotik yang tidak perlu. "Saat ini, 30 persen orangtua yang anaknya menderita common cold atau flu selalu meminta antibiotik, padahal virus tidak mati oleh antibiotik," ungkapnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com