Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Tegaskan, Tak Ada Ukuran "Masih Aman" untuk Alkohol

Kompas.com - 26/08/2018, 20:58 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

KOMPAS.com - Sekelompok ahli dari Washington, negara bagian AS melakukan penelitian pada 195 negara terkait minuman alkohol dan hubungannya dengan angka kematian prematur sebesar 2,8 juta jiwa di seluruh dunia setiap tahunnya.

"Tidak ada takaran alkohol yang aman," ujar Max Griswold, peneliti di Institute for Health Metrics and Evaluation di Seattle, Washington dan penulis utama konsorsium riset yang terdiri dari lebih dari 500 ahli.

Padahal penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa jika hanya minum sedikit alkohol, itu bisa mengurangi penyakit jantung. Studi baru ini akhirnya mematahkan studi sebelumnya.

"Efek perlindungan alkohol seimbang dengan risikonya," demikian penjelasan Griswold kepada AFP dalam meringkas hasil studinya, yang diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet.

Baca juga: Ahli Sebut Perempuan Lebih Merasakan Efek Alkohol Dibanding Pria

"Secara keseluruhan, risiko kesehatan yang terkait dengan alkohol meningkat sejalan dengan jumlah yang dikonsumsi setiap hari."

Peneliti memperkirakan satu gelas sehari meningkatkan risiko berkembangnya penyakit sebesar 0,5 persen. Rata-rata dua minuman per hari, risikonya melesat hingga 7 persen.

"Risiko kematian ini seharusnya bisa dihindari," kata penulis senior Emmanuela Gakidou, seorang profesor di Universitas Washington dan seorang direktur di Lembaga Metrik dan Evaluasi Kesehatan kepada AFP.

"Selalu ada jeda antara penerbitan bukti baru dan modifikasi serta adopsi pedoman yang direvisi," kata Gakidou, yang mengaku "sesekali" ia juga minum akhokol.

"Bukti menunjukkan, saya dan juga sekitar 2,4 miliar manusia yang juga mengonsumsi alkohol perlu menanggapi hal ini dengan serius," tegasnya.

Risiko akohol

Minum alkohol menjadi faktor risiko utama ketujuh dalam kasus kematian dini dan penyakit pada tahun 2016. Terhitung lebih dari dua persen kematian pada perempuan dan hampir tujuh persen pada pria disebabkan oleh alkohol.

Enam faktor pembunuh teratas adalah tekanan darah tinggi, merokok, berat badan rendah saat lahir dan kelahiran prematur, gula darah tinggi (diabetes), obesitas, dan polusi.

Tetapi pada kelompok usia 15 sampai 49 tahun, alkohol muncul sebagai faktor yang paling mematikan dan bertanggung jawab atas lebih dari 12 persen kematian di antara para pria.

Penyebab utama kematian terkait alkohol dalam kelompok usia ini adalah tuberkulosis, kecelakaan lalu lintas, dan "menyakiti diri sendiri", terutama bunuh diri.

Profesor Robyn Burton dari King's College London, yang tidak ambil bagian dalam studi itu, menggambarkannya sebagai "perkiraan paling komprehensif dari beban global penggunaan alkohol hingga saat ini."

Baca juga: Pantai Tercemar Alkohol dari Pabrik Miras, Puluhan Burung Camar Mabuk

Paling banyak di Denmark

Di antara pria, peminum alkohol pada tahun 2016 paling banyak tersebar di Denmark (97 persen), diikuti oleh Norwegia, Argentina, Jerman, dan Polandia (94 persen).

Di Asia, pria Korea Selatan memimpin, dengan 91 persen minum akohol paling tidak sesekali.

Di antara perempuan, Denmark juga menempati peringkat pertama (95 persen), diikuti oleh Norwegia (91 persen), Jerman dan Argentina (90 persen), dan Selandia Baru (89 persen).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com