Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyintas: "Survivor" Kanker adalah Orang Istimewa

Kompas.com - 25/08/2018, 20:08 WIB
Bhakti Satrio Wicaksono,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kanker merupakan penyakit yang perlu diwaspadai. Seringkali kanker menyerang manusia dan baru dapat diketahui ketika sudah memasuki tahap yang lebih parah.

Di Indonesia, dari 240 juta penduduk Indonesia, ada 240.000 pengidap kanker baru setiap tahunnya.

Kondisi yang ditemukan, hampir sebagian penyakit kanker ditemukan pada stadium lanjut, sehingga angka kesembuhan dan angka harapan hidup pasien kanker belum seperti yang diharapkan meskipun tata laksana kanker telah berkembang dengan pesat.

Pada kasus lain, psikologis penderita kanker juga mengalami perubahan ke arah negatif yang sangat drastis. Beberapa di antaranya tidak mempercayai kalau mereka mengidap kanker. Bahkan lebih lanjut, berita tentang terjangkitnya kanker pada pasien pertama kali dapat menyebabkan depresi.

Baca juga: Gen Zombie, Alasan di Balik Imunitas Gajah dari Kanker

“Saya waktu itu memang begitu mendapat berita kalau saya kena kanker, di situ dunia kaya stop bagi saya. Saya merasa itu akhir dari saya. Waktu itu saya sempat mau bunuh diri karena malu dan tidak bisa menerima,” ungkap Darmalinda (48), penderita kanker serviks yang sudah bertahan dari kanker sejak 2016.

Ketidaksiapan manusia dalam mendengar berita buruk dapat membuat penderita berpikir negatif. Kesulitan yang dihadapi ketika mengetahui bahwa mereka menderita kanker adalah munculnya perasaan ketiadaan orang lain yang mendukung mereka untuk melewati ini.

“Biasanya orang yang diagnosis kanker itu merasa sendirian. Karena enggak ngerti kanker itu apa. Pokoknya di otak saya kalau kena kanker, pasti menderita terus mati. Saya ga pernah tahu orang bisa survive sampai 15 tahun atau 36 tahun,” ungkap Winiarti Pratiwi (54) penderita kanker rahim yang sudah bertahan selama satu tahun.

Hal lain yang dapat mempengaruhi psikologi pasien penderita kanker adalah informasi tentang pasien lain yang meninggal juga karena kanker. Diakui Darmalinda, yang akrab dipanggil Linda, dirinya sempat kabur dari kemoterapi karena mengetahui teman kemoterapinya meninggal dunia.

Baca juga: Lengan Robot Buatan Peneliti Eropa Ini Bisa Percepat Deteksi Kanker

Padahal, ia mengetahui bahwa tindakan ini tidak tepat karena kemoterapi yang tidak dituntaskan akan menyebabkan sel kanker menjadi lebih ganas.

Oleh karena itu, dukungan dari berbagai pihak, baik keluarga, kerabat, dan rekan-rekan sesama penderita kanker menjadi sangat penting.

Hal ini dibuktikan oleh Aryanthi Baramuli (53) yang mampu bertahan dari kanker selama 15 tahun akibat dari dukungan keluarga dan pengetahuannya tentang kanker.

“Pasien itu butuh informasi tentang diagnosis, tata cara tindakan medis, risiko, komplikasi, dan biaya. Ini semua hak pasien. Terlepas dari apakah pasien mampu menyerapnya atau tidak, paling tidak kita tahu dan dapat melakukan tindakan pencegahan,” jelas Aryanthi yang juga menjadi pembicara dari kegiatan yang sama.

Kanker sebenarnya hanyalah sebatas penyakit dan tidak menentukan kematian. Penderita kanker bisa saja meninggal karena faktor di luar kanker.

Baca juga: Ilmuwan Australia Kembangkan Tes Darah yang Bisa Deteksi Kanker Kulit

Winiarti Pratiwi (Wini), berpesan bagi siapa saja yang belum terjangkit kanker untuk harus mengetahui hal-hal apa yang dapat menyebabkan sel kanker tumbuh.

“Cukup saya yang kena kanker, jangan sampai orang lain kena juga,” ungkapnya saat ditemui pada kegiatan Perawatan Paliatif dengan Cara Menyenangkan untuk Survivor dan Pasien Kanker, Jumat (24/08/2018), di Jakarta.

Lebih lanjut, Wini berpesan untuk mereka yang sudah menderita kanker agar tetap semangat.

Ia menyarankan untuk terus membuat emosi diri terus senang karena mungkin menurutnya selama ini banyak orang terpenjara oleh rutinitas yang membuat mereka lupa untuk melakukan cek kesehatan secara rutin, melupakan teman-teman sekitarnya dan lupa untuk menikmati hidup.

“Kemudian yang perlu diingat adalah, orang yang kena kanker itu bukan the end of the world bukan akhir dari segalanya. Saya masih bisa kerja, cari uang seperti dulu,” jelasnya dengan semangat.

“Jadi sebenarnya orang kena kanker itu orang yang istimewa. itu orang istimewa yang dipilih Tuhan. Karena kita punya kelebihan untuk menerima itu. Secara psikologis, kita dapat pembekalan baru untuk menerima keadaan kita. Toh masalah hidup mati itu tergantung kontrak, kalau Tuhan (tentukan) tanggal sekian waktunya meninggal ya meninggalah kita,” tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com