Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti Sebut Sinyal WiFi Bisa Deteksi Adanya Bom

Kompas.com - 16/08/2018, 18:34 WIB
Bhakti Satrio Wicaksono,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Wi-Fi, atau jaringan nirkabel, terutama yang terhubung dengan internet sangat penting dan berharga bagi kebanyakan orang saat ini.

Hampir semua orang memanfaatkan Wi-Fi untuk berselancar di dunia maya guna memperoleh informasi.

Namun teryata, fungsi Wi-Fi tidak hanya untuk terhubung dengan internet tanpa kabel.

Sebuah studi yang dipimpin Rutgers University-New Brunswick, AS, menemukan bahwa sinyal nirkabel atau Wi-Fi ternyata mampu menembus tas untuk menentukan dimensi benda logam berbahaya dan mengidentifikasi mereka.

Barang-barang yang dimaksud bisa termasuk senjata, kaleng aluminium, laptop, hingga baterai untuk bom.

Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa sinyal Wi-Fi dapat digunakan untuk memperkirakan volume cairan yang digunakan sebagai bahan peledak.

Sistem pendeteksian ini dapat menganalisis apa yang terjadi ketika sinyal nirkabel menembus dan memantul pada objek atau material.

Pada kasus yang sama, metode ini diuji pada pendeteksian tas punggung dan hasilnya tingkat akurasi dari deteksi ini mencapai 95 persen.

Profesor Yingying Chen, penulis utama dalam studi ini, melakukan percobaan menggunakan 15 jenis material dan enam jenis tas untuk menguji seberapa besar tingkat akurasi deteksinya.

Cara kerjanya adalah, dengan memisahkan dua faktor yang mempengaruhi gangguan nirkabel yaitu bahan dan bentuk materialnya.

Sebagai contoh, benda berbahaya seperti senjata, biasanya terbuat atau mengandung logam atau cairan, yang dapat mengganggu sinyal secara signifikan.

Baca juga: Ini Tempat Terbaik Menempatkan Router Wifi, Menurut Sains

Hasilnya, tingkat keakuratan deteksi menyajikan persentase yang cukup menjanjikan yaitu: 99 persen untuk benda-benda berbahaya, 98 persen untuk logam dan 95 persen untuk cairan.

"Ini bisa memiliki dampak besar dalam melindungi masyarakat dari benda-benda berbahaya. Ada kebutuhan yang berkembang untuk itu sekarang," ungkap  Chen seperti dilansir dari Newsweek, Kamis (16/08/2018).

"Di area publik yang besar, sulit untuk memasang infrastruktur penyaringan mahal seperti apa yang ada di bandara," imbuhnya. 

Dirangkum dari NBC New York, Rabu (15/08/2018), meski begitu, percobaan ini tetap memiliki celahnya.

Menurut Chen, tingkat keakuratan deteksi menurun menjadi 90 persen ketika benda-benda di dalam tas dibungkus rapat.

Meskipun begitu, temuan ini dapat menjanjikan sebagai solusi keamanan yang lebih murah.

Selain itu, teknologi ini jika digunakan di tempat umum seperti museum, stadion, dan taman hiburan, dapat menyelamatkan jiwa dengan memeriksa tas atau koper tanpa melanggar etika privasi.

Hal ini disebabkan sistem ini hanya membutuhkan perangkat Wi-Fi dengan dua hingga tiga antena berfungsi. Ia bahkan bisa memasuki jaringan yang ada.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau