Dia mencontohkan tentang rendahnya insiden atau kasus kanker usus besar di India, yang terkenal senang menggunakan kunyit sebagai bumbu kari.
"Tetapi sangat sulit untuk memilah-milah apa yang Anda lihat dalam aktivitas sel menjadi apa yang sebenarnya terjadi pada manusia," tutur Hopp.
"Ada semacam kesenjangan antara apa yang tampaknya menjadi banyak aktivitas yang sangat menjanjikan secara in vitro (dalam sel). Dan kontras dengan yang telah dipelajari dalam uji klinis sebagai manusia, di mana hampir tidak ada bukti manfaat," sambungnya.
Salah satu alasan kesenjangan tersebut adalah sifat biologis kurkumin. Senyawa ini sangat cepat dimetabolisme oleh tubuh, sehingga sangat sedikit terserap.
Artinya, bahan kimia ini tidak sampai ke "tempat" yang membutuhkannya.
Selain itu, Hopp mengatakan, konteks di mana kunyit dikonsumsi secara tradisional juga penting.
Baca juga: Suatu Saat, Kanker Mungkin Bisa Diobati dengan Kunyit
Di India, kunyit sering dikonsumsi bersama lada hitam. Piperine, zat dalam lama, meningkatkan sifat bilogis kurkumin.
Dengan kata lain, piperine membuat kurkumin lebih cepat lagi untuk dimetabolisme tubuh.
Dalam sebuah penelitian terbaru tentang kunyit, kurkumin juga disebut tidak mudah larut dan masuk dalam darah.
Untuk itu, Hopp menyarankan untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum langsung menggunakannya sebagai obat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.