Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DNA Mengungkap, Penduduk Rampasa Bukan Keturunan "Hobbit" Flores

Kompas.com - 03/08/2018, 20:35 WIB
Bhakti Satrio Wicaksono,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Lebih dari satu dekade lalu, fosil manusia purba Homo Floresiensis yang telah punah ditemukan di Flores. Dikarenakan tubuhnya yang lebih kecil dari manusia pada umumnya, fosil ini dijuluki "The Hobbit".

Menariknya, di sebuah desa bernama Rampasasa, Flores, tinggal pula penduduk bertubuh kerdil yang diasumsikan memiliki hubungan dengan H Floresiensis. Apakah keduanya memiliki keterkaitan satu sama lain?

Untuk mengungkap hal ini, Serena Tucci, peneliti postdoctoral di laboratorium Akey, Princeton University, membandingkan genom dari manusia kerdil yang masih eksis dengan sekuen DNA dari manusia modern, Neanderthal, Denisovans.

Idenya adalah menemukan kumpulan genom yang tidak dikenali, yang mungkin berasal dari H Floresiensis.

Baca juga: Hobbit Manusia Flores Bukan Kerabat Manusia Jawa, Lantas Apa?

Mereka menggunakan 32 genom manusia kerdil modern yang saat ini tinggal desa Rampasasa, dekat goa Liang Bua, tempat fosil H floresiensis pertama ditemukan pada tahun 2004.

Hasilnya, mereka menemukan DNA Neanderthal dan Denisovan di dalam genom manusia kerdil Rampasasa, tetapi tidak ditemukan kemungkinan yang mengarah ke H. floresiensis.

“Jika ada kemungkinan untuk mengetahui hobbit secara genetis dari genom manusia yang masih eksis, harusnya ada kecocokan. Tapi kami tidak melihatnya. Tidak ada indikasi aliran gen dari hobbit ke orang-orang yang ada saat ini,” kata Richard "Ed" Green, seorang profesor teknik biomolekuler di University California -Santa Cruz (UCSC).

Fosil H. floresiensis sendiri menunjukkan tubuh yang lebih pendek secara signifikan dibandingkan dengan manusia kerdil di Rampasasa (H. floresiensis memiliki tinggi sekitar 106 cm, dan manusia kerdil Rampasasa memiliki tinggi badan rata-rata 145 cm).

Menurut Tucci, Floresiensis juga memiliki perbedaan dengan Homo sapiens dan Homo erectus pada pergelangan tangan dan kaki mereka. Ini mungkin karena kebutuhan mereka memanjat pohon untuk menghindari komodo.

Selain itu, terisolasi di sebuah pulau dengan sumber makanan yang terbatas juga berpengaruh pada perubahan ukuran tubuh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com