JAKARTA, KOMPAS.com - Gerhana bulan total yang terjadi pada Sabtu (28/7/2018) dini hari teramati dengan warna unik.
Bila biasanya bulan tampak merah darah saat gerhana, maka kali ini muka bulan tak sekadar merah tapi "berbedak" biru.
Astronom amatir Marufin Sudibyo sukses mengabadikan warna gerhana yang kebiruan ini dari Kramat, Jakarta Pusat.
Bulan kebiruan itu diabadikan dengan kamera Nikon D60 yang dirangkai dengan teleskop Celestron altazimuth 70 mm dengan teknis fokus prima.
Baca juga: Benarkah Gerhana Bulan Pengaruhi Gelombang Tinggi? Ini Kata Ahli
"Warna biru itu dari cahaya matahari yang melewati lapisan ozon; diteruskan komponen cahaya birunya," jelasnya kepada Kompas.com hari ini (28/7/2018).
Warna biru yang terlihat juga menjadi indikasi bahwa udara secara global bersih, bebas dari aerosol yang dihasilkan gunung berapi.
Gerhana bulan yang berwarna kebiruan pernah terjadi di Indonesia pada 9 Desember 1992. Fenomena itu terjadi karena dampak letusan Gunung Pinatubo di Filipina.
Menurut penelitian Richard Keen dari University of Colorado di Amerika Serikat, partikel letusan yang menghamburkan cahaya Matahari yang dipantulkan Bulan memunculkan warna biru tersebut.
Laporan Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) juga menunjukkan bahwa bulan yang kebiruan juga pernah terjadi beberapa saat setelah letusan Krakatau pada tahun 1883.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.