KOMPAS.com - 35 pengunjung kolam renang di kota San Jose, AS, dikabarkan teracuni gas klorin saat sedang berenang.
The Mercury News melaporkan pada Kamis (14/6/2018), beberapa korban menunjukkan gejala sesak napas dan muntah sehingga harus dilarikan ke rumah sakit.
Hal ini disebabkan oleh kelalaian seorang petugas yang menuangkan bahan kimia tertentu ke tempat yang salah di ruang pompa.
Apa sebenarnya gas klorin dan bagaimana pembentukannya?
Baca juga: Sebersih Apa Kolam Renang Umum? Urinenya Ternyata Bisa Puluhan Liter
Dirangkum Live Science, Sabtu (16/6/2018), klorin biasanya digunakan untuk membunuh bakteri dan menjernihkan air.
"Klorin dalam bentuk gas sangat beracun. Ini adalah senjata kimia dalam Perang Dunia I," kata Dr. Diane Calello, direktur medis dari Rutgers New Jersey Medical School.
Ia menjelaskan, umumnya klorin dicampurkan ke air kolam dalam bentuk bubuk atau cair. Klorin bisa berubah menjadi gas bila dicampur dengan bahan kimia tertentu yang bersifat asam, seperti asam hidroklorik atau amonia.
"Zat-zat ini mudah ditemukan. Amonia sebenarnya tidak bersifat asam, namun bila ia dicampur dengan klorin akan membentuk gas klorin," terangnya.
Dalam kasus kolam renang San Jose, para ahli menemukan campuran konsentrasi asam klorida dan klorin yang tinggi di kolam.
Kadar gas klorin disebut 15 kali lebih tinggi dari standar yang diperbolehkan.
Baca juga: Jaga Kesehatan Kulit dari Bahaya Klorin
Calello menjelaskan, saat seseorang menghirup gas klorin, maka zat akan bercampur dengan air di dalam paru-paru dan membentuk asam klorida yang bisa membakar saluran pernapasan.
"Ini sebabnya korban yang terpapar gas klorin akan mengalami gangguan pernapasan dan sensasi terbakar di mata juga mulut," ujar Calello
"Korban dari kasus ini kemungkinan juga bisa mengalami edema paru-paru atau penumpukan cairan paru-paru yang perlu mendapat perawatan khusus dari rumah sakit," imbuhnya.
Bila kita terpapar gas klorin, Calello menyarankan untuk segera mencuci muka dan membilas mata dengan air bersih.
"Jika kesulitan bernapas, segera bawa ke rumah sakit," imbuhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.