Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/06/2018, 21:05 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Selama ini kita mengenal 24 jam sebagai waktu dalam satu hari. Tapi, siapa sangka waktu dalam satu hari pada satu miliar tahun lalu berlangsung lebih singkat, yaitu hanya 18 jam.

Hal ini diutarakan para ilmuwan dalam sebuah laporan penelitian baru yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.

Dalam laporan tersebut, para peneliti dari University of Wisconsin-Madison, AS menyebut hal ini dipengaruhi orbit bulan terhadap Bumi.

Mereka mengatakan, 1,4 miliar tahun lalu jarak Bumi dan bulan lebih dekat. Hal ini mengubah cara rotasi bumi.

"Ketika bulan bergerak menjauh, putaran Bumi seperti pemain skate es yang melambat saat mereka merentangkan tangan," ungkap Stephen Meyers, salah satu penulis penelitian ini dikutip dari The Independent, Selasa (05/06/2018).

Untuk memahami bagaimana orbit bulan mempengaruhi rotasi Bumi, Meyers dan timnya menggunakan sebuah metode statistik yang menghubungkan astronomi dan pengamatan geologi.

Metode itu disebut astrochronology yang digunakan untuk merekonstruksi sejarah kuno tata surya kita.

"Salah satu ambisi kami menggunakan astrochronology adalah untuk mengetahui waktu di masa lalu yang paling jauh dan mengembangkan skala waktu geologi yang sangat kuno," ungkap Profesor geosains du University of Winconsin-Madison tersebut.

Baca juga: Hilal dalam Masa Depan Bumi dan Bulan

"Kami ingin bisa mempelajari batuan yang berusia miliaran tahun dengan cara yang sebanding dengan cara kami mempelajari proses geologi modern," sambungnya.

Seperti yang telah banyak diketahui, setiap benda di tata surya mempunyai medan gravitasi yang mempengaruhi benda langit di dekatnya.

Variasi ini disebut siklus Milankovitch yang bahkan dapat mempengaruhi lingkungan Bumi. Itu karena variasi ini mempengaruhi bagaimana sinar matahari didistribusikan di Bumi.

Dirangkum dari Newsweek, Selasa (05/06/2018), dengan metode ini, para peneliti dapat mengevaluasi rotasi Bumi dan orbitnya di sekitar matahari dengan lebih baik. Para peneliti juga menggunakannya untuk memperkirakan jarak ruang terjadi antara Bumi dan bulan dari waktu ke waktu.

Tepatnya, bulan bergerak menjauh sekitar 3,82 sentimeter dalam setahun. Mungkin angka ini hanya memiliki efek yang kecil, tapi cukup terukur pada gerakan Bumi.

Gerakan bulan yang menjauhi Bumi ini bahkan masih berlangsung hingga saat ini. Artinya, bulan masih terus menjauhi Bumi dan membuat waktu dalam satu hari di Bumi makin panjang.

Dirangkum dari Yahoo News, para peneliti mengatakan, dalam 200 juta tahun mendatang, waktu sehari di Bumi adalah 25 jam.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Bagaimana Cara Mendiagnosis Mati Otak?

Bagaimana Cara Mendiagnosis Mati Otak?

Oh Begitu
Analisis BMKG Gempa Bumi M 6,7 di Kepulauan Talaud

Analisis BMKG Gempa Bumi M 6,7 di Kepulauan Talaud

Fenomena
Mengapa Ayam Berkokok Saat Setelah Bertelur?

Mengapa Ayam Berkokok Saat Setelah Bertelur?

Oh Begitu
Apa yang Terjadi Saat Otak Mati?

Apa yang Terjadi Saat Otak Mati?

Oh Begitu
Apakah Ada Cara Memperlambat Proses Penuaan?

Apakah Ada Cara Memperlambat Proses Penuaan?

Oh Begitu
BMKG Prediksi Musim Kemarau 2023 Berakhir pada Akhir Oktober

BMKG Prediksi Musim Kemarau 2023 Berakhir pada Akhir Oktober

Fenomena
Kloroplas Tanaman Berpotensi Jadi Obat untuk Penyakit Huntington

Kloroplas Tanaman Berpotensi Jadi Obat untuk Penyakit Huntington

Oh Begitu
Jangan Asal Buang, Sampah Rumah Tangga Ini Juga Limbah Berbahaya

Jangan Asal Buang, Sampah Rumah Tangga Ini Juga Limbah Berbahaya

Kita
Apakah Ada Makanan yang Membuat Kentut Berbau?

Apakah Ada Makanan yang Membuat Kentut Berbau?

Oh Begitu
Fakta-fakta Menarik Bayi Gajah, Tak Hanya Suka Mengisap Belalai

Fakta-fakta Menarik Bayi Gajah, Tak Hanya Suka Mengisap Belalai

Oh Begitu
Apakah Gajah Afrika Bisa Kawin dengan Gajah Asia?

Apakah Gajah Afrika Bisa Kawin dengan Gajah Asia?

Oh Begitu
Ilmuwan Temukan Bahan Bakar 'Aman Api'

Ilmuwan Temukan Bahan Bakar 'Aman Api'

Fenomena
Apakah Ikan Juga Minum Saat Merasa Haus?

Apakah Ikan Juga Minum Saat Merasa Haus?

Oh Begitu
Bagaimana Cincin Saturnus Terbentuk?

Bagaimana Cincin Saturnus Terbentuk?

Fenomena
Mengatasi Polusi Udara dengan Teknologi Plasma

Mengatasi Polusi Udara dengan Teknologi Plasma

Fenomena
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com