KOMPAS.com - Saat mendengar orang dengan gangguan attention deficit hyperactivity (ADHD), apa yang Anda bayangkan?
Mungkin ada yang membanyangkan, orang dengan ADHD adalah seseorang yang hampir tidak bisa duduk tenang, mudah teralihkan atau sangat mudah melompat dari topik satu ke topik yang lain dalam waktu sangat singkat dan mendadak.
Prasangka kita itu tidak sepenuhnya benar. Sebagai contoh, adalah mitos bahwa orang dengan OCD selalu menginginkan segala sesuatu bersih dan orang introvert adalah pendiam yang tidak ramah.
ADHD sebenarnya adalah bentuk lain dari neurodiversity atau keragaman saraf di otak.
Baca juga: Michael Phelps dan Perjuangannya Menaklukkan ADHD
Doktor psikolog, Perpetua Neo mengatakan seseorang dengan ADHD bukanlah sesuatu yang memalukan.
Sebaliknya, kita justru dapat belajar menangani keterbatasan dan perbedaan mereka tanpa dihambat stigma.
"Sebagai contoh dalam sistem pendidikan, anak-anak diatur untuk duduk dan belajar sepanjang hari. Jika hal ini diterapkan pada anak ADHD, mereka tidak dapat berkembang karena untuk mereka kelas sangat membosankan," kata Neo kepada Business Insider via Science Alert, Sabtu (19/5/2018).
Neo menjelaskan, saat orang dengan ADHD diminta untuk duduk dan berkonsentrasi dengan tugas, mereka sebenarnya sangat berjuang untuk itu dan dampaknya menunda pekerjaan.
Sebab itu, ia menyarankan agar anak dengan ADHD diberi batasan waktu bekerja, yakni dalam sekali bekerja hanya 20 menit.
Neo percaya, 20 menit adalah waktu yang sangat cukup bagi orang dengan ADHD menjadi sangat fokus dan bisa melakukan banyak hal dalam waktu sangat singkat.
"Ini bukan tentang kuantitas, tapi kualitas," kata Neo.
Baca juga: ADHD pada Wanita Dewasa Lebih Berbahaya
Pesan untuk kita yang memiliki kenalan orang dengan ADHD
Bila Anda mengenal orang dengan ADHD, sebaiknya Anda mengingatkan diri sendiri bahwa mereka sedikit berbeda dengan Anda.
Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah melakukan kompromi.
Misalnya, Anda bisa meminta mereka untuk berbicara sedikit lebih lambat saat ada di sekitar orang lain, atau merekomendasikan beberapa jam agar mereka memiliki waktu untuk "petualangan" mereka.
"Pada dasarnya kompromi adalah pelumas hubungan, dibanding tidak menganggap mereka. Ini bukan hanya soal hubungan dengan orang dengan ADHD, tetapi semua orang. Kompromi akan membantu untuk saling memahami dan tidak saling menyerang," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.