Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

9 Mitos Soal Otak yang Tak Boleh Dipercaya Lagi

Kompas.com - 07/05/2018, 11:32 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

 

KOMPAS.com - Selama kita hidup, kemungkinan besar Anda pernah mendengar banyak hal yang berkaitan dengan otak.

Dilansir Business Insider, Minggu (6/5/2018), otak manusia tetap sulit dipahami meski muncul kemajuan dalam sains modern. Banyak hal yang masih menjadi misteri.

Mungkin inilah penyebab mengapa saat seseorang mendengar desas desus tentang otak, kemudian mereka menyebarkannya. Terlepas apakah hal itu benar atau tidak.

Berikut 9 isu yang paling banyak tersebar dan dipercaya berkaitan dengan otak manusia. Sayangnya, semuanya adalah mitos.

1. Orang dengan "otak kiri" atau "otak kanan"

Kita sering mendengar bahwa otak manusia hanya didominasi oleh sebagian otak, otak kiri atau otak kanan.

Mereka yang berpikir secara logis dan analitis, cenderung memiliki otak kiri. Sedangkan mereka yang sangat kreatif dan artistik disebut sebagai mmanusia otak kanan.

Perlu dicatat, ini tidak benar. Belum ada penelitian ilmiah yang benar-benar membuktikan bahwa otak manusia didominasi oleh salah satu bagian otak saja.

Faktanya, peneliti Universitas Utah menerbitkan makalah pada 2013 yang mengungkap tidak ada perbedaan dalam hal dominasi otak. Penelitian ini setelah ahli meneliti lebih dari 1.000 otak manusia.

Saat aktivitas otak dipindai dengan menggunakan MRI, pada dasarnya kedua sisi otak kurang lebih sama dalam jaringan saraf dan konektivitasnya.

2. Manusia hanya menggunakan otaknya 10 persen

Dalam hal evolusi, otak manusia tumbuh berkembang menjadi besar. Penelitian menunjukkan seluruh otak manusia terlibat, meski hanya melakukan hal sekecil apapun.

Ada bukti yang menunjukkan bahwa manusia memiliki cadangan otak. Contohnya, bagian otak manusia dapat hilang namun tetap dapat berfungsi normal.

3. Manusia memiliki "gaya pembelajaran"

Banyak yang percaya bahwa masing-masing individu memiliki cara belajar yang berbeda. Disebutkan ada orang yang lebih mudah menyerap informasi secara visual, mendengar, atau lisan.

Berkaitan dengan hal tersebut, sebuah penelitian terbaru dari Indiana University School of Medicine menegaskan kepercayaan teori tersebut harus dihentikan.

Ilmuwan yang terlibat dalam studi tersebut, Polly Husmann dan Valerie O'Loughlin menemukan bahwa siswa yang menerapkan "gaya belajar" dinilai tidak membuahkan hasil lebih baik dalam ujian dibanding siswa yang tidak melakukannya.

Baca juga : 3 Fakta Kanker dan Mitos yang Mengikutinya

4. Fungsi otak menurun di usia lanjut

ilustrasi lansia ilustrasi lansia

Mungkin Anda pernah mendengar kemampuan kognitif manusia menurun seiring pertambahan usia.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa orang yang lebih tua sering mengalami momen di mana Anda tahu yang Anda inginkan, namun otak tidak bisa menangkapnya.

Meski begitu, otak orang tua memiliki beberapa kemampuan yang lebih baik. Misalnya, orang tua cenderung memiliki kosa kata yang lebih baik, dapat menilai karakter lebih baik, dapat menangani konflik lebih baik, dan lebih mudah mengendalikan emosi. Semua hal itu akhirnya membangun kebijaksanaan.

5. Cara belajar pria dan wanita berbeda

Buku "Inferior: How Science Got Women Wrong" karya Angela Saini mengeksplorasi bagaimana otak pria dan wanita bekerja dan stereotipe yang berkembang di masyarakat selama beberapa dekade.

Dalam bukunya, ia mengatakan asumsi yang mengungkap soal cara belajar pria dan wanita didasarkan pada observasi malas. Pria disebut memiliki otak yang lebih besar.

Hingga saat saat ini belum ada cukup bukti ilmiah tentang bagaimana pria dan wanita belajar. Tidak ada penelitian yang menemukan perbedaan spesifik antara otak pria dan wanita.

6. Manusia hanya memiliki panca indra

ilustrasi panca indra ilustrasi panca indra

Ada panca indra yang kita tahu, yakni penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, dan sentuhan.

Namun sebenarnya ada lebih banyak indra yang kita miliki. Beberapa ahli syaraf menyebut manusia memiliki 21 indra. Di mana indra-indra tersebut merupakan penggabungan dari beberapa indra.

Misalnya ada indra nociception (rasa sakit), yakni kemampuan untuk merasakan rasa sakit, tekanan, dan suhu panas.

Indra proprioception (kesadaran tubuh), yakni bagaimana tubuh mengetahui sedang berada di mana dalam suasana apa pun tanpa melihatnya.

Indra interoception (pengaturan organ dalam), adalah istilah untuk indra yang mengatur organ dalam kita, misalnya rasa lapar, haus, dan keseimbangan.

7. Alkohol dapat membunuh sel otak

Terlalu banyak alkohol tidak merusak sel namun membuat mabuk.

Hal ini karena alkohol merusak ujung neuron yang disebut dendrit, sehingga sulit untuk mengirim pesan satu sama lain.

8. Kerusakan otak bersifat permanen

Otak adalah pengendali utama tubuh, sehingga kerusakan otak adalah masalah besar.

Peneliti awal percaya jumlah sel dalam otak terbatas dan tidak dapat tumbuh lagi.

Kepercayaan itu kini telah dibantah dengan penelitian baru yang mengungkap otak dapat menghasilkan sel baru yang dapat memperbaiki diri sendiri atau meminta bagian otak lain untuk membantu dengan fungsi berbeda jika terjadi kerusakan otak.

9. Mendengarkan musik Mozart membuat Anda lebih pintar

Ilustrasi mendengarkan musikDragonImages Ilustrasi mendengarkan musik

Penelitian 1950-an menemukan bahwa saat seorang siswa mendengarkan 10 menit musik MOzart sebelum melakukan tes IQ dapat meningkatkan nilai mereka.

Sejak saat itu, studi ini dianggap kontroversial. Para peneliti mengatakan siswa tidak menjadi lebih pintar, naun dapat mengerjakan tugas dengan lebih baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau