Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/04/2018, 17:01 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Tak ada lagi yang meragukan kemolekan si cantik dari Papua, burung cenderawasih, hingga ia dijuluki burung surga.

Dari 43 burung cenderawasih yang tergabung dalam keluarga Paradisaeidae, salah satu yang terunik adalah burung cenderawasih kerah (Lophorina superba).

Saat musim kawin tiba, burung cenderawsih kerah jantan akan mengembangkan jubah bulu hitamnya untuk memamerkan bulu di dada yang berwarna biru. Ia kemudian akan melompat-lompat seperti gerakan menari di depan burung betina untuk mengajak kawin.

Awalnya para ilmuwan menganggap burung cenderawasih dengan bulu di dada yang ada di Papua semuanya adalah burung cenderawasih kerah. Namun, sebuah temuan terbaru yang diterbitkan di jurnal PeerJ oleh ahli ornitologi Amerika menyebut sebenarnya ada dua spesies berbeda.

Baca juga : Bisa Melipat dan Memuntir Tentakel, Apakah Cumi-Cumi Ini Spesies Baru?

Edwin Scholes, ahli biologi evolusi dai Universitas Cornell yang memimpin penelitian spesies burung cenderawasih baru itu bernama burung cenderawasih Vogelkop. Nama ini diambil dari habitat asalnya di Semenanjung Kepala Burung (Vogelkop) atau Semenanjung Doberai, Papua Barat.

"Setelah melihat bentuk Vogelkop di alam liar, muncul keraguan bahwa ia sebenarnya adalah spesies berbeda," ujar Scholes, ahli biologi evolusi dari Universitas Cornell, dilansir Science Alert, Selasa (24/3/2018).

Bandingkan dua gambar burung di bawah ini, sekilas mungkin mereka tampak sama. Namun, jika diperhatikan lagi burung cenderawasih kerah yang ada di sebelah kiri memiliki bulu biru yang melengkung ke atas seperti tersenyum. Sedangkan burung cenderawasih Vogelkop yang ada di gambar kanan, bulu birunya terlihat seperti cemberut.

Pebandingan burung cenderawasih: (ki-ka) gambar kiri adalah burung cenderawasih kerah dengan bulu biru seperti tersenyum, gambar kanan adalah burung cenderawasih Vogelkop yang bulu birunya seperti cemberut. Pebandingan burung cenderawasih: (ki-ka) gambar kiri adalah burung cenderawasih kerah dengan bulu biru seperti tersenyum, gambar kanan adalah burung cenderawasih Vogelkop yang bulu birunya seperti cemberut.

Kedua burung yang endemik di Papua itu tak hanya memiliki perbedaan bulu. Scholes dan timnya berhasil menangkap perbedaan-perbedaan lain yang sering kali tidak tertangkap.

"Mereka punya tari pemikat berbeda, vokalisasi berbeda, fisik burung betina berbeda, begitu pula dengan fisik pejantannya," imbuh Scholes.

Hal itu dibuktikan Scholas dan Timothy Laman, ahli ilmu burung dan jurnalis foto satwa liar dari Museum Zoologi Komparatif Universitas Harvard, lewat data audovisual yang juga dilampirkan dalam jurnal PeerJ.

Rekaman video mengungkap, saat burung Vagelkop membentangkan sayapnya untuk menarik perhatian lawan jenis, bentuk bentangan bulunya tidak oval seperti burung cenderawasih kerah, melainkan seperti bulan sabit dengan ujung lancip.

Sementara tarian pemikat yang dilakukan burung Vogelkop tidak bergoyang seperti burung cenderawasih kerah. Burung vogelkop memiliki langkah tariannya yang halus.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Video Pilihan Video Lainnya >

Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Kapan Fenomena El Nino Berakhir?

Kapan Fenomena El Nino Berakhir?

Fenomena
Tanaman Rambat Kok Tahu Jalur yang Benar untuk Memanjat? Ini Rahasianya

Tanaman Rambat Kok Tahu Jalur yang Benar untuk Memanjat? Ini Rahasianya

Oh Begitu
Apa yang Terjadi Saat Fenomena El Nino dan La Nina?

Apa yang Terjadi Saat Fenomena El Nino dan La Nina?

Fenomena
Apakah Manfaat Makan Jamur untuk Kesehatan Jantung?

Apakah Manfaat Makan Jamur untuk Kesehatan Jantung?

Oh Begitu
Tak Cemari, 'Karat Pintar' Ini Justru Tingkatkan Kualitas Air

Tak Cemari, "Karat Pintar" Ini Justru Tingkatkan Kualitas Air

Fenomena
Mengenal Hidrogel, Teknologi Baru untuk Mengatasi Kelangkaan Air

Mengenal Hidrogel, Teknologi Baru untuk Mengatasi Kelangkaan Air

Fenomena
Bagaimana Berlian Merah Muda Terbentuk? Studi Ungkap

Bagaimana Berlian Merah Muda Terbentuk? Studi Ungkap

Oh Begitu
Apa yang Membuat Ketan Lengket?

Apa yang Membuat Ketan Lengket?

Oh Begitu
Kabar Buruk, Lebah Berpotensi 'Lenyap' dari Eropa pada 2080

Kabar Buruk, Lebah Berpotensi "Lenyap" dari Eropa pada 2080

Fenomena
Apa Hewan yang Terbang Paling Cepat?

Apa Hewan yang Terbang Paling Cepat?

Oh Begitu
Dari Mana Asal Anggur Muscat?

Dari Mana Asal Anggur Muscat?

Oh Begitu
Panda Raksasa di Kebun Binatang Bisa Menderita Jet Lag, Apa Maksudnya?

Panda Raksasa di Kebun Binatang Bisa Menderita Jet Lag, Apa Maksudnya?

Fenomena
6 Fakta Menarik Paru-paru Manusia

6 Fakta Menarik Paru-paru Manusia

Kita
Apakah Penderita Asam Urat Boleh Makan Jeroan?

Apakah Penderita Asam Urat Boleh Makan Jeroan?

Oh Begitu
Apakah Bintang Bisa Menjadi Planet?

Apakah Bintang Bisa Menjadi Planet?

Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com