Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertama di Dunia, Transplantasi Seluruh Penis dan Skrotum Dilakukan

Kompas.com - 24/04/2018, 17:00 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

Sumber USA Today

KOMPAS.com - Berita tentang transplantasi organ mungkin bukan hal yang baru. Apalagi jika organ yang dimaksud adalah organ dalam seperti ginjal, hati, atau bahkan jantung.

Namun, bagaimana yang ditransplantasi adalah penis dan skrotum?

Baru-baru ini, para ahli bedah di John Hopkins University School of Medicine mengumumkan bahwa mereka menerima kasus transplantasi penis dan skortum pertama dunia.

Pasien yang mendapat transplantasi tersebut adalah seorang tentara AS yang terluka parah beberapa tahun lalu akibat ledakan improvised explosive device (IED) di Afganistan. Pria yang tidak disebutkan identitasnya itu telah pulih dengan baik.

Baca juga: Transplantasi Penis Pertama di AS untuk Veteran Perang

Richard Redett, pemimpin operasi tersebut, menyampaikan harapannya agar prosedur ini bisa mengembalikan fungsi urine dan seksual pasien tersebut.

Meski menerima donor penis dan skrotum, pasien ini tidak menerima testikel dari donornya. Ini untuk menghidari masalah etika yang mungkin terjadi jika dia punya anak, kata Damon Cooney, salah satu anggota tim transplantasi tersebut.

Testis adalah kapsul yang mengandung sperma dari donor. Testis juga dikenal sebagai buah zakar yang terletak di dalam skrotum.

Pembedahan di John Hopkins ini terjadi dalam prosedur 14 jam pada akhir Maret lalu. Para ahli bedah menyebut prosedur ini melibatkan lebih banyak jaringan daripada yang pernah ada.

Selain cangkok kulit besat yang meliputi abdomen, penis, dan skrotum, ahli bedah juga harus menghubungkan pembuluh darah dan sarafnya. Beberapa di antaranya adalah tiga arteri, empat pembuluh darah, dan dua saraf.

Ini dilakukan untuk mmeberikan aliran darah dan sensasi ke jaringan donor.

Untungnya, organ internal tentara tersebut tidak rusak parah akibat ledakan.

Meski begitu, perlu waktu sekitar 6 bulan bagi saraf pasien untuk kembali memulihkan fungsi urine dan sensasi seksual. Tapi, Redett optimis terhadap hal ini.

Cedera yang mempengaruhi fungsi seksual dan kemih biasanya merusak identitas, harga diri, hingga hubungan intim seseorang.

"Kami percaya bahwa transplantasi genital-urinary bisa membantu para veteran dengan transplantasi alat kelamin yang hilang, seperti transplantasi tangan mengubah hidup seseorang yang tangannya diamputasi," ungkap W. P. Andrew Lee, yang memimpin Departemen Bedah Plastik dan Rekonstruktif rumah sakit dikutip dari USA Today, Selasa (24/04/2018).

Baca juga : Sukses, Transplantasi Penis Pertama di Dunia

Sebelumnya transplantasi penis juga pernah dilakukan di Massachusetss, AS. Hanya saja, transplantasi ini berfokus pada penis saja, tidak dengan skrotum.

Hasilnya, pasien bernama Thomas Manning terus menunjukkan kondisi yang membaik. Meskipun, fungsi seksualnya belum sepenuhnya pulih, kata Curtis Cetrulo, yang menjalankan program transplantasi rekonstruktif di Massachusetts General.

"kami memiliki banyak orang yang benar-benar sedih dan ingin keluar dari bayang-bayang (keluhan urine dan seksual) serta bekerja keras," ujar Cetrulo.

"Itu (transplantasi penis) menjadi salah satu cara paling tak terbayangkan dan penting untuk kasus semacam ini, mungkin tidak hanya untuk individu yang diselamatkan," imbuhnya.

Walau menawarkan kesembuhan, tapi masalah dalam transplantasi penis ini adalah penolakan tubuh. Tubuh penerima bisa menolak jaringan dari donor kapan saja.

Ini membuat pasien harus menjalani terapi berkelanjutan untuk mengontrol sistem kekebalannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber USA Today
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com