Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kanker Serviks Tak Selalu akibat Seks Bebas, Hapus Stigma Itu

Kompas.com - 20/04/2018, 16:16 WIB
Shela Kusumaningtyas,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Begitu mendengar ada seorang wanita yang terkena kanker serviks, vonis masyarakat langsung bertubi-tubi menyerang.

Ada yang bilang perempuan tersebut suka “jajan” seks di luar alias gonta-ganti pasangan atau perempuan tersebut punya suami yang tidak setia pada satu pasangan seks.

Ditemui dalam Forum Ngobras bertema “Ayo Vaksin HPV”, Kamis (19/4/2018), dokter spesialis penyakit dalam, Kristoforus Hendra Djaya meminta masyarakat menghapus stigma tersebut.

Pasalnya, kendati memang benar 85 persen penularan kanker serviks karena hubungan seksual, tapi itu bukan berarti perempuan nakal.

“Masih ada 15 persen penyebab penularan di luar hubungan seksual. Penyakit ini kan karena virus HPV jadi menular,” ujarnya.

Penularan di luar hubungan seksual yang dimaksud yakni berkontak secara langsung atau tidak langsung dengan media yang dihinggapi virus HPV.

Misalnya. tidak sengaja tertular lewat perantara toilet umum yang tidak diketahui higienisitasnya.

“Virus Human Papiloma Virus penyebab kanker serviks ini kalau menempel misal di meja, toilet, keran, atau tempat lain, bisa bertahan hidup tiga hari. Itu yang harus diwaspadai,” ujarnya.

Baca juga : Pakai Sperma, Inilah Cara Baru Obati Kanker Serviks

Lalu, meski saat berkencing atau buang air besar di toilet umum sudah diguyur air atau dibasuh tisu terlebih dahulu klosetnya, bahkan sampai berjinjit supaya menghindari kontak langsung dengan permukaan kloset, hal itu tidak memastikan diri kita terbebas dari ancaman kanker serviks.

“Bakteri ini mau dibasmi pakai alkohol saja tidak mati. Manjurnya dimatikan menggunakan cairan klorin yang ditemukan di produk pemutih pakaian,” ujarnya.

Oleh karena bakteri tersebut susah ditumpas termasuk dengan cara cuci vagina seperti yang dianjurkan banyak pihak, Kristo menyarankan masyarakat untuk mencegahnya daripada harus mengambil risiko, terkena kanker serviks.

Apalagi bakteri ini akan langsung berpindah sesaat setelah adanya kontak. Jika dalam jumlah banyak dan tubuh punya antibodi yang lemah, kanker serviks akan mengintai. “Tidak ada cara selain vaksin HPV,” tegasnya.

Vaksin HPV dianjurkan bagi masyarakat yang belum pernah berhubungan seksual. Sedangkan bagi masyarakat yang sudah aktif berhubungan seksual, vaksin HPV mesti ditunjang dengan skrining berupa pap smear.

Untuk dketahui, vaksin ini sudah bisa diberikan sejak anak berumur 9 tahun hingga lansia berusia 55 tahun. “Untuk anak umur 9-13 tahun diberikan dua kali, kalau untuk dewasa diberikan tiga kali,” ujarnya.

Selain vaksin HPV, diusahakan jangan memakai handuk bersama atau saling meminjam celana dalam yang dipakai bergantian. Karena barang-barang yang dipertukarkan bisa jadi perantara penularan virus HPV.

Baca juga : Perdarahan Bisa Jadi Gejala Kanker Serviks, Jangan Tunda ke Dokter

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com