Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Manusia yang Pertama Melakukan Peradaban di Bumi?

Kompas.com - 19/04/2018, 17:35 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Manusia terus berusaha untuk mengembangkan teknologi agar bisa membentuk koloni di Mars atau Venus. Dengan kata lain, manusia berusaha membuat peradaban pertama di kedua planet tersebut.

Namun, bagaimana jika hal ini dikembalikan ke Bumi? Pernahkah terpikir oleh Anda, benarkah manusia yang melakukan peradaban pertama di Bumi?

Mungkin pertanyaan di atas terkesan aneh atau absurd. Tapi inilah yang menjadi eksperimen dan fokus sebuah makalah ilmiah terbaru yang ditulis oleh Adam Frank, seorang astrofisikawan dari University of Rochester dan Gavin Schmidt, direktur Institut Goddard NASA untuk Studi Luar Angkasa.

Mereka menamai laporan mereka "The Silurian Hypothesis". Nama ini terinspirasi dari ras reptil fiksi cerdas dalam serial fiksi ilmiah Doctor Who.

Baca juga: Citra Satelit Ungkap Peradaban Kuno yang Terkubur di Hutan Amazon

Dalam studi yang diterbitkan di International Journal of Astrobiology ini, Frank dan Schmidt mempertanyakan apa jejak peradaban manusia yang akan ditinggalkan dan bagaimana ilmuwan masa depan membuktika keberadaan kita.

"Pertanyaan-pertanyaan ini membuat kita berpikir tentang masa depan dan masa lalu dengan cara yang berbeda, termasuk bagaimana peradaban skala planet akan tumbuh dan punah," ujar Frank dikutip dari Newsweek, Rabu (18/04/2018).

Saat ini, para peneliti melihat sidik jari geologi dari Anthropoce untuk menunjukkan usia geologi di mana aktivitas manusia yang jadi pengaruhnya.

"Ini sudah jelas bahwa aktivitas manusia akan mempengaruhi catatan geologis yang terjadi hari ini," tulis laporan tersebut.

Salah satu contohnya adalah pembakaran bahan bakar fosil oleh manusia. Hal ini berdampak pada catatan geologis meski industrialisasi baru mulai sekitar 300 tahun lalu.

Terlebih lagi, pemanasan global, jejak pertanian, penyebaran polutan sintetis juga jadi jejak.

"Setelah beberapa juta tahun, setiap pengingat fisik peradaban Anda mungkin hilang, jadi Anda harus mencari anomali sedimen, hal-hal seperti keseimbangan kimia yang berbeda yang hanya terlihat aneh," kata Frank dikutip dari Live Science, Rabu (18/04/2018).

Namun, bagaimana kita menemukan jejak peradaban sebelum manusia juka kita melihat ke belakang?

"Kita terbiasa membayangkan peradaban yang telah punah dalam bentuk patung-patung kuno dan reruntuhan di bawah tanah," tulis Frank dalam sebuah artikel di The Atlantic, Jumat (13/04/2018).

Baca juga: Stephen Hawking: AI Bisa Menghancurkan Peradaban Manusia

"Jenis artefak masyarakat sebelumnya ini baik-baik saja jika Anda hanya tertarik pada rentang waktu beberapa ribu tahun. Tapi begitu Anda melihat ke puluhan atau ratusan juta tahun lalu, semuanya lebih rumit," imbuhnya.

Selama periode waktu puluhan hingga ratusan tahun ini, kita akan berbicara tentang spesies lain. Apalagi, Homo sapiens baru muncul sekitar 300.000 tahun lalu.

Jadi, kita mungkin bisa membayangkan beberapa mamalia awal menjadi petinggi peradaban sekitar 60 juta tahun lalu.

"Ada fosil tentu saja, tapi sisa kehidupan yang menjadi fosil sangat sedikit dan bervariasi tergantung pada waktu dan habitat," tulis Frank.

"Itu akan sangat mudah untuk melewatkan peradaban industri yang hanya berlangsung 100.000 tahun, 500 kali lebih lama dari peradaban industri kita sejauh ini," imbuhnya.

Isu yang dikemukakan oleh Frank dan Schmidt ini berkenaan dengan dampak peradaban planet. Nantinya, hal ini juga punya implikasi pada eksplorasi terhadap planet lain seperti Mars atau Venus.

"Kita tahu bahwa Mars awal dan mungkin Venus awal lebih layak huni dibanding sekarang, dan mungkin suatu hari nanti kita juga menelusuri sedimen geologi di sana," kata Schmidt.

"Ini membantu kita berpikir tentang apa yang harus dicari di sana," sambungnya.

Baca juga: Berlapis Tembaga, Mumi dari Peradaban Arktika Kuno Ditemukan dalam Es

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau