Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukti Baru, Begadang Tingkatkan Risiko Kematian Dini

Kompas.com - 13/04/2018, 11:30 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com — Suka begadang dan susah bangun pagi mungkin sering dialami oleh banyak orang.

Jika Anda atau kenalan mengalami masalah ini, segeralah untuk mengubah kebiasaan tersebut.

Sebab, sebuah temuan terbaru membenarkan mitos bahwa begadang tak baik untuk kesehatan.

Ini adalah temuan yang pertama kali mengaitkan dan membuktikan adanya hubungan antara begadang, bangun siang, dan kematian dini.

Baca juga: Untuk Orang yang Gampang Depresi, Begadang Mungkin Baik

Studi yang terbit di jurnal Chronobiology International, Kamis (12/4/2018), dibuat oleh peneliti asal Inggris. Dalam makalahnya, mereka menjelaskan bahwa kebiasaan begadang mengubah ritme sirkadian atau proses biologis yang berulang setiap 24 jam.

Waktu yang seharusnya digunakan tubuh untuk proses detoksifikasi atau mengeluarkan racun dari tubuh saat tidur malam justru digunakan untuk bekerja atau beraktivitas lain. Sementara waktu yang semestinya digunakan untuk beraktivitas justru dipakai untuk tidur.

Peneliti mengungkapkan, kebiasaan seperti ini menyebabkan ketidakseimbangan untuk tubuh antara ritme sirkadian dengan waktu yang dihabiskan untuk beraktivitas.

Dalam penelitiannya, mereka menghabiskan 6,5 tahun untuk mengamati hampir 500.000 orang berusia 38-73 tahun.

Saat awal penelitian, peserta ditanya apakah mereka termasuk golongan orang-orang yang beraktivitas pada pagi hari atau malam hari atau keduanya.

Dari hasil pengamatan, tim peneliti menemukan orang yang suka begadang berisiko memiliki beberapa masalah kesehatan, seperti diabetes, gangguan pencernaan, gangguan neurologis, gangguan pernapasan, dan gangguan psikologis.

Selain sejumlah penyakit, peneliti juga menemukan orang yang suka begadang memiliki risiko kematian dini yang sedikit lebih tinggi dibanding mereka yang memulai aktivitas sejak pagi.

Sebagai catatan, temuan ini tidak dapat menentukan alasan hubungan antara begadang dan risiko kematian dini.

"Mungkin ada konsekuensi fisiologis saat seseorang memiliki jam tidur yang tidak sesuai dengan jam internal. Sebagai contoh, orang dengan misalignment sirkadian seperti itu memiliki gangguan metabolisme glukosa dan gangguan mood," kata penulis studi sekaligus profesor kronobiologi dari Uiversitas of Surrey, Inggris, Malcolm von Schantzm dilansir Live Science, Kamis (12/4/2018).

Baca juga: Kebiasaan Begadang dan Berjemur Ternyata Diturunkan dari Neanderthal

Peneliti menduga, kesehatan yang buruk muncul karena aneka kegiatan negatif yang dilakukan selama begadang, mulai dari mengonsumsi makanan tidak sehat hingga mengonsumsi alkohol.

Menurut peneliti, masyarakat perlu menyadari bahwa kebiasaan begadang tidak baik untuk kesehatan.

"Ini adalah masalah kesehatan bagi banyak orang yang tidak bisa lagi diabaikan," ujar Schantz, profesor kronobiologi dari Universitas Surrey, Inggris.

Para peneliti kini berencana untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait apakah mereka yang suka begadang dapat menyesuaikan ritme sirkadian untuk bisa bangun pagi, dan apakah perubahan ini dapat menurunkan risiko masalah kesehatan individu tersebut.

"Untuk bisa jadi orang yang bangun pagi, mulailah dengan membiasakan terkena cahaya matahari pagi, mencoba tidur teratur, dan hindari begadang saat akhir pekan," ujar rekan peneliti Kristen Knutson, profesor neurologi di Fakultas Kedokteran Universitas Northwestern, Feinberg.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com