Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Budidaya Jadi Alternatif di Tengah Paceklik Ikan

Kompas.com - 09/04/2018, 18:21 WIB
Shela Kusumaningtyas,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com -Stok ikan minim beserta faktor iklim membuat nelayan di Desa Tanjung Putri, Kecamatan Aru Selatan, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, mengalami paceklik.

Rahmansyah (38), salah satu nelayan, menuturkan bahwa sekitar tahun 2003-2004, stok ikan melimpah dan nelayan tak perlu ke tengah laut untuk menangkap.

Kini stok ikan minim. Angin juga bisa tiba-tiba datang dengan hembusan besar. “Kami nelayan kecil kan susah kalau harus ke tengah laut," keluhnya.

Mengakali kondisi itu, Rahmansyah bergabung sebagai anggota Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan (KTHKm) Sepakat.

Ia tidak lagi menggantungkan diri dari hasil melaut. Mata pencaharian utamanya tetap nelayan, tapi pria beranak empat ini sekarang tengah fokus menggarap budidaya ikan air tawar di keramba apung.

Ia tidak sendiri, ada 30 rekan nelayan lainnya yang turut andil dalam budidaya.

Rahmansyah yang juga akrab disapa Bang Enengmengatakan, keramba apung yang dikelolanya diisi dengan bibit ikan toman. Modal awal yang dikeluarkan untuk membeli bibit yakni Rp 500 ribu.

Baca juga : Gajah, Badak, dan Ikan Bisa Kentut, Bagaimana dengan Dinosaurus?

Tahun lalu, ia pernah memanennya dengan hasil seberat dua kuintal. Menurutnya, hasil yang diperoleh terhitung menjanjikan dan bisa balik modal. Selain itu, perawatannya tidak serumit ketimbang ketika melaut di perairan lepas. Ikan toman tinggal diberi pakan ikan-ikan kecil.

“Pertama kali tahun lalu panen 2 kuintal ikan toman. Hasilnya dijual 25 ribu per kilonya. Dapat uang sekitar lima juta rupiah,” ungkapnya.

Uang tersebut ada yang masuk ke uang kas kelompok tani, kira-kira sejuta. Lalu sisanya ia bagi dengan rekannya karena satu keramba dirawat oleh dua orang. Rahmansyah bisa meraup pendapatan tambahan dua juta rupiah dalam sekali panen satu karamba.

Rahmansyah yang akrab disapa Bang Eneng mengaku telah aktif mengelola karamba jaring apung sejak tahun 2016.

Budidaya ikan air tawar di keramba apung di pinggiran Suberukuran 3x2x15 meter yang difasilitasi Yayorin ini menjadi salah satu dari 15 program terpilih di Kalimantan yang didanai Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

Direktur Eksekutif Yayorin, Eddy Santoso berkata bahwa Yayorin memfasilitasi penduduk KHKm Sepakat supaya mereka mampu bertahan dari perubahan ikim sehingga perekonomian tetap berjalan.

“Sebagian besar penduduk Tanjung Putri adalah nelayan. Tapi sering terhalang melaut kalau cuaca buruk. Kami lalu berpikir untuk pengembangan matapencaharian alternatif berkelanjutan,” ujarnya.

Baca juga : Cerita Ruslan Menuai Keuntungan dari Pertanian Tanpa Bakar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau