Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kulit Bunglon, Inspirasi Pengembangan Implan Medis

Kompas.com - 02/04/2018, 18:30 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber Newsweek


KOMPAS.com - Kulit bunglon rupanya menginspirasi ilmuwan dari Universitas of North Carolina di Chapel Hill menciptakan bahan biomimetik yang digunakan untuk implan medis.

Bahan biomimetik adalah bahan yang desain dan sistemnya terinspirasi dari apa yang tersedia di alam.

Menurut laporan yang terbit di jurnal Science, Jumat (30/3/2018), bahan sintesis yang dibuat mirip seperti kulit bunglon itu memiliki sifat mekanik yang mirip dengan jaringan biologis.

Sejumlah jaringan seperti kulit, dinding usus, dan otot jantung memiliki karakteristik yang lembut namun kaku saat direntangkan. Bila tenaga medis menggunakan bahan sintetis yang mirip kulit bunglon, maka peradangan atau nekrosis usai bedah implan dapat diminimalkan.

Baca juga : Selain Berubah Warna, Bunglon Juga Bisa Bersinar di Bawah Sinar UV

Seperti kulit bunglon, bahan sintetis buatan para ilmuwan terasa lembut saat disentuh namun kaku saat direntangkan.

Menurut para peneliti, bahan sintetis dengan kombinasi tersebut belum pernah dikembangkan sebelumnya.

Selama ini, implan atau peralatan medis yang dibuat untuk mengganti struktur dan fungsi bagian biologis dibuat dengan bahan biomedis seperti titanium, silikon, atau apatit.

"Tubuh kita ini ibarat mobil tua yang terus menerus butuh suku cadang. Mengingat kita terus menua, kita memiliki kebutuhan yang mendesak terkait bahan yang lebih baik dan beragam untuk keperluan biomedis," kata Sergei Sheiko, profesor di departemen kimia dari Chapel Hill, dilansir Newsweek, Kamis (29/3/2018).

"Bahan yang sangat dibutuhkan saat ini adalah bahan yang sangat mirip dengan mekanik jaringan hidup agar dapat mengurangi respons inflamasi (ditandai oleh panas, bengkak, nyeri, dan gangguan fungsi organ, red) dan penolakan kekebalan," sambungnya.

Ia menambahkan, pembuatan bahan biomimetik dibuat dengan sangat teliti. Tujuannya agar tercipta bahan selembut jaringan otak dan sekuat kulit.

Mereka berusaha meniru protein pada kulit yang dikenal sebagai kolagen dan elastin dengan mengembangkan polimer (bahan yang terbuat dari rantai molekul yang panjang) dengan karkateristik lembut dan fleksibel.

Sebagai informasi, serat kolagen dapat membantu melawan deformasi atau perubahan bentuk dari yang baik menjadi kurang baik. Sementara elastin membantu menjaga kulit agar fleksibel dan kencang.

Baca juga : Seperti Apa Warna Bunglon jika Berada di Ruangan Penuh Cermin?

"Cahaya memantulkan materi yang berbeda ketika diregangkan, berwarna biru ketika diregangkan dan menjadi lebih merah ketika dipadatkan. Ini adalah mekanisme yang sama yang menjelaskan bagaimana bunglon berubah warna," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Newsweek
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com