Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukti Baru Usulkan bahwa Otak Manusia Berkembang karena Memasak

Kompas.com - 29/03/2018, 18:33 WIB
Monika Novena,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tak diragukan lagi, kini memasak telah menjadi bagian dari aktivitas manusia sehari-hari. Namun, siapa sangka bahwa memasak ternyata memiliki peran yang signifikan dalam evolusi manusia.

Seorang antropolog dari Universitas Harvard, Richard Wrangham, mengungkapkan hubungan erat antara kedua hal tersebut. Dia punya hipotesis jika kebiasaan memasak memungkinkan nenek moyang kita mengembangkan ukuran otak yang lebih besar hingga 50 persen dari pendahulunya, Homo habilis.

Hal inilah yang kemudian menjadi alasan utama munculnya manusia modern.

Baca juga : Benarkah Operasi Sesar Berpengaruh pada Evolusi Manusia?

Saat makanan belum dimasak, nenek moyang manusia membutuhkan waktu relatif lama hanya untuk mengunyah dan mencerna makanan mereka. Dengan memasak, proses makan bisa dipangkas menjadi lebih singkat.

"Memasak makanan berarti mengurangi waktu makan, membebaskan manusia untuk berburu, waktu penyapihan lebih rendah, menciptakan keluarga yang lebih besar, memungkinkan pembagian kerja secara seksual dan bahkan memungkinkan membuat ukuran otak meningkat," kata Wrangham.

Namun, hipotesis Wrangham ini bisa dibilang cukup lemah. Sebab, tak banyak bukti arkeologis yang bisa dijadikan acuan sejak kapan dan di mana nenek moyang manusia memulai kebiasaan memasak.

Untung saja teori Wrangham ini tak lama kemudian mendapat dukungan.

Baca juga : Fosil Otak Monster Laut Ini Ungkap Evolusi Makin Kompleks

Tim ilmuwan yang dipimpin oleh Francesco Berna dari Universitas Boston telah menemukan bukti kuat sisa-sisa perapian yang digunakan oleh nenek moyang kita sekitar satu juta tahun lalu sebagai tungku masak.

Berna pun sempat mengungkapkan jika temuan ini dapat mendukung hipotesis Wrangham yang menyebut bahwa manusia sudah bisa memasak sebelum otak mereka membesar sekitar 1,8 juta tahun yang lalu.

Penelitian yang diterbitkan di Proceedings of the National Academy of Sciences ini menyebutkan bahwa para ilmuwan menemukan bukti adanya tulang belulang dan abu dari tanaman dalam perapian.

Bukti tersebut mereka dapatkan di dalam Gua Wonderwerk sepanjang 140 meter di Provinsi Tanjung Utara Afrika Selatan.

Baca juga : Ini Cara Terbaik Memasak Brokoli, Menurut Sains

Para ilmuwan menemukan material-material tersebut sudah hangus sekitar 30 meter dari pintu masuk gua. Mereka pun berpendapat bahwa sisa material tersebut tidak mungkin terbakar secara alami melainkan memang secara sengaja dibakar.

"Lokasi itu 30 meter di dalam gua, tidak ada pohon yang tumbuh di sana. Jadi tidak mungkin ada vegetasi kayu atau bahan seperti kayu yang akan terbakar di titik tersebut secara alami," kata Paul Goldberg, peneliti lain dari Universitas Boston.

"Sisa-sisa abu juga tidak mungkin terbawa oleh angin atau air karena sangat halus. Jadi saya berpikir itu berasal dari proses pembakaran yang disengaja," tambahnya.

Selain itu, para peneliti juga menemukan periuk bertutup yang terbuat dari batu besi, batu yang terdapat di lapisan atas gua batu kapur.

Pada akhirnya, temuan ini dapat memberikan perspektif baru bahwa kebiasaan yang sudah kita lakukan sehari-haripun merupakan sebuah proses evolusi manusia yang panjang. Sebuah evolusi yang mengungkap perkembangan genus Homo menuju manusia modern.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com