KOMPAS.com - Orang-orang yang memiliki kepribadian gelap, seperti psikopat, narsisisme, machiavellianisme atau kecenderungan menjadi arogan, dan sadisme, dipercaya tak punya empati untuk orang lain.
Dari empat kepribadian di atas, yang paling menonjol adalah psikopat. Mereka disebut sangat tidak berperasaan, namun di sisi lain mereka juga mampu meyakinkan orang.
Hal ini sudah lama menjadi paradoks bagi psikolog. Para psikolog mempertanyakan, mengapa orang yang tidak punya perasaan dan empati memiliki kemampuan untuk meyakinkan orang.
Kini, para peneliti dari Universitas Yale mungkin telah menemukan jawabannya. Temuan mereka diterbitkan dalam jurnal Proceeding of National Academy of Sciences, Senin (12/3/2018).
Baca juga : Untuk Semua Orangtua, Pola Asuh Salah Bakal Picu Anak Jadi Psikopat
Hasil penelitian ini mengungkap fakta yang tidak pernah kita duga selama ini. Tim psikolog membuktikan bahwa psikopat sebenarnya mampu berempati, asal mereka memiliki cukup alasan yang menguntungkannya.
"Psikopat memiliki kemampuan untuk meyakinkan orang, di mana mereka harus dapat memahami isi pikiran orang lain. Namun, jika mereka bisa memahami pikiran orang lain, mengapa mereka membuat begitu banyak kekacauan," kata Arielle Baskin-Sommers, profesor psikologi dan penulis senior penelitian ini menjelaskan landasan masalah penelitiannya, dilansir Business Insider, Kamis (22/3/2018).
Berangkat dari pertanyaan ini, Arielle dan timnya meminta izin untuk mempelajari narapidana yang ada di penjara Connecticut, AS.
106 narapidana pria yang terlibat dalam penelitian diuji seberapa besar sifat psikopat yang mereka miliki dengan skala psikopat. Setelah itu, mereka diminta untuk memainkan permainan komputer.
Karakter avatar yang dimainkan para narapidana dibuat mirip narapidana yang menggunakan seragam penjara.
Secara umum, orang sulit mengabaikan perspektif avatar, karena sebagian besar dari kita mampu menangkap isyarat sosial yang halus. Hal-hal seperti mata yang berputar dan menguap sulit untuk diabaikan.
Dikarenakan psikopat berbeda dengan orang pada umumnya, para peneliti meminta peserta untuk memikirkan perspektif menjadi avatar. Hasilnya, tahanan yang memiliki nilai tinggi untuk skala psikopat juga memiliki kemampuan untuk mempertimbangkan sudut pandang avatar selama pertandingan.
Peneliti menyimpulkan bahwa psikopat dapat mempertimbangkan pikiran orang lain. Asal, ada tujuan spesifik yang ingin mereka capai, seperti memenangkan permainan atau meningkatkan karier dalam perusahaan.
Baca juga : Bedanya Psikopat dan Narsis
Peneliti berharap, penelitian selanjutnya dapat mengungkap bagaimana pikiran psikopat bekerja.
"Suatu hari, para ilmuwan dapat membantu psikopat untuk lebih berempati dan mempertimbangkan orang lain, tidak hanya saat mereka butuh itu untuk mendapat keuntungan sendiri," ujar Arielle.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.