Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Cara Terbaik Menghilangkan Stres, Menurut Sains

Kompas.com - 24/03/2018, 18:36 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

Sumber Newsweek

KOMPAS.com - Setiap orang pasti pernah mengalami stres, baik itu ringan hingga berat. Sering kali stres mengganggu aktivitas dan kehidupan kita sehari-hari.

Hal itulah yang membuat kita harus segera menyingkirkan stres tersebut. Tapi bagaimana car terbaik untuk menyingkirkan stres?

Sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Frontiers in Behavioral Neuroscience pada Jumat (23/03/2018) mengeksplorasi bagaimana efek stres mempengaruhi kinerja fokus dan produksi kortisol, hormon stres yang dilepaskan tubuh.

Para peneliti mengamati bagaimana tulisan ekspresif (menceritakan hal yang membuat stres) memberi pengaruh pada efek tersebut. Dengan kata lain, penelitian ini menunjukkan penulisan jurnal (buku harian) bisa meningkatkan kesehatan mental seseorang.

Baca juga: Kelola Stres, Jangan Sampai Hidup Makin Susah karena Sariawan

"Kami telah diajarkan selama bertahun-tahun yang berfokus pada hal positif bisa membawa kesuksesan," ungkap Bryne DiMenichi, salah satu peneliti yang terlibat dikutip dari Newsweek, Jumat (23/03/2018).

"Hasil kami menunjukkan bahwa berpikir kritis terhadap kegagalan masa lalu bisa benar-benar mengarah pada hasil yang lebih baik," imbuh kandidat doktor dalam bidang psikologi di Rutgers University-Newark itu.

Menurut DiMenichi, hal ini mungkin karena berpikir tentang apa yang salah dalam kegagalan merupakan kunci untuk mencapai kesuksesan ketika seseorang menghadapi tantangan baru.

Untuk mendapat temuan tersebut, DiMenichi dan koleganya merekrut 100 orang peserta berusia rata-rata 24 tahun. Selanjutnya para peserta dibagi menjadi dua kelompok.

Kelompok pertama diminta untuk menulis tentang plot sebuah film yang baru mereka tonton. Sedangkan kelompok dua diminta menuliskan tentang masa-masa sulit dalam hidup mereka yang berakhir pada kegagalan.

Para peneliti juga mengamati kadar korsitol para peserta. Hal ini dilakukan untuk memahami tingkat stres yang dialami para peserta.

Sebagai informasi, kadar kortisol para perserta di awal penelitian menunjukkan tingkat yang sama.

Baca juga: Pakaian Baru Astronot Bantu Hindari Stres di Ruang Angkasa, Kok Bisa?

Namun, setelah menyelesaikan tugas masing-masing dan kembali diuji menggunakan prosedur umum yang disebut Uji Stres Percobaan Sosial kadar kortisol kedua kelompok tersebut berbeda. Kelompok kedua memiliki kadar kortisol lebih rendah daripada kelompok pertama.

Hal yang lebih mengejutkan lagi adalah tulisan-tulisan tentang kegagalan tidak mempengaruhi tingkat stres.

"Sebaliknya, kami menemukan bahwa, dalam hal persiapan untuk stres, menulis tentang kegagalan di masa lalu tidak serta merta membuat mereka kembali stres seperti saat awal terjadi tapi digantikan pesiapan fisiologis yang lebih baik untuk faktor stres baru, dan kemudian kinerja mereka menjadi lebih baik di bawah tekanan," kata DiMenichi.

Sayangnya, temuan ini tidak bisa langsung diterapkan pada dunia nyata. Itu karena banyak faktor lain yang ada dalam situasi stres.

Meski begitu, para peneliti berharap mendapatkan gambaran lebih baik tentang bagaimana menulis bisa membantu meningkatkan kinerja seseorang. Untuk itu, mereka berencana meneliti kembali bagaimana menuliskan kegagalan masa lalu mempengaruhi proses otak sebenarnya dalam menjalankan tugas baru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Newsweek

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com