Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rasa Empati Manusia Dibentuk, Bukan Diturunkan secara Genetik

Kompas.com - 15/03/2018, 17:45 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber Telegraph

KOMPAS.com - Empati, kemampuan untuk berbagi dan memahami orang lain bukan diturunkan secara genetik oleh leluhur kita.

Studi yang pernah dilakukan mengenai genetik dasar empati, hanya menemukan 10 persen variasi gen yang terkait dengan welas asih dan pemahaman soal akan kondisi emosional seseorang.

Artinya memiliki rasa empati merupakan hasil bentukan yang berdasarkan pada faktor sosial, seperti pola asuh dan lingkungan.

Baca juga : Kekurangan Hormon Cinta Bikin Hati Kurang Empati

Untuk mencapai konklusi tersebut, tim dari Universitas Cambrige bekerja dengan perusahan genetika 23andMe untuk mengambil sampel DNA dari 46.000 orang dan meminta mereka untuk melengkapi kuisioner untuk mengukur tingkat empati yang dikenal dengan Empathy quotient (EQ).

Mereka kemudian membandingkan data genetik dengan skor EQ untuk menentukan seberapa besar keterkaitan empati dengan gen.

"Ini merupakan langkah penting untuk memahami bagaimana gen berperan dalam membentuk empati seseorang. Termasuk juga memahami faktor non-genetik lain yang mempengaruhi empati," kata Varun Warrier, peneliti dari Universitas Cambrige yang memimpin penelitian ini.

Meski sudah berhasil menunjukkan peran gen pada rasa empati namun tim peneliti mengakui belum dapat mengidentifikasi secara spesifik gen mana yang terlibat menciptakakan empati tersebut.

Baca juga : Memahami Empati dan Mengapa Manusia Membutuhkannya

Selain itu ada beberapa hal lain yang peneliti temukan dari studi itu. Mereka menemukan bahwa perempuan rata-rata lebih berempati daripada pria. Namun mereka tidak menemukan dasar genetik untuk perbedaan tersebut.

Dan mereka juga menemukan bahwa varian genetik yang terkait dengan tingkat empati yang lebih rendah juga dikaitkan dengan risiko autisme yang lebih tinggi.

"Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan sampel yang lebih besar untuk menjawab temuan ini, dan juga untuk menentukan jalur biologis yang tepat terkait dengan perbedaan empati pada setiap individu," kata Thomas Bourgeon, peneliti yang juga terlibat dalam studi ini.

Termasuk juga membantu kita memahami orang-orang dengan autisme yang harus berjuang untuk membayangkan pemikiran dan perasaan orang lain.

Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Translational Psychiatry.

Baca juga : Cinta Pandangan Pertama, Benar Ada atau Hanya Birahi Belaka?  


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Telegraph

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com