Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti Analisis Rahasia Jadi Kaya, Apa Hasilnya?

Kompas.com - 11/03/2018, 17:00 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Pernahkah Anda bertanya mengapa beberapa teman terlihat lebih makmur? Padahal, mungkin Anda dan teman-teman mengawali karir dalam posisi yang sama.

Sama penasarannya dengan Anda, beberapa ilmuwan di Italia kemudian menganalisis rahasia menjadi kaya.

Para peneliti di University of Catania, Italia melakukan penelitian yang bertujuan untuk memahami peran yang dimainkan oleh kesempatan dalam menginvestasikan waktu dan sumber daya kita dalam berbagai bidang.

Mereka menggunakan sebuah model simulasi komputer tentang kekayaan. Dalam simulasi tersebut, para peneliti memetakan kehidupan kerja selama 40 tahun.

Baca juga: Sejahtera Tidak Sama dengan Kaya

Simulasi komputer tersebut secara rinci dan akurat memproduksi model distribusi kekayaan dari dunia nyata.

Hasilnya bukan bakat yang menjadi faktor pendukung utama menjadi kaya. Mereka menemukan bahwa orang yang berada di puncak kekayaan bukanlah yang paling berbakat, melainkan yang paling beruntung.

Secara umum, hanya 10 persen orang di dunia ini yang menikmati 85 kekayaan. Sayangnya, bakat dan kecerdasan yang dimiliki bukan faktor utamanya.

"Simulasi kami dengan jelas menunjukkan bahwa faktor (yang menentukan kekayaan) hanya murni keberuntungan," tulis para peneliti dikutip dari Science Alert, Minggu (11/03/2018).

Untuk mendapat temuan ini, para peneliti melakukan simulasi terhadap 1.000 individu atau agen yang dihasilkan oleh komputer. Setiap baat didistribusikan secara normal pada tingkat rata-rata, dengan beberapa standar deviasi.

Maksudnya adalah, setiap individu dalam simulasi tersebut memiliki beberapa bakat. Tapi, sebagai catatam tidak ada yang memiliki jumlah bakat lebih besar atau lebih kecil.

Setiap individu juga memulai dengan tingkat kekayaan yang sama.

Selanjutnya, peristiwa acak dimasukkan ke dalam simulasi tersebut. Peristiwa-peristiwa ini bisa menjadi cara untuk menambah atau mengurangi tingkat kekayaan para individu tersebut, bergantung pada tingkat keberuntungan masing-masing individu.

Setelah dianalisis, distribusi kekayaan dalam simulasi tersebut mirip dengan yang terjadi di dunia nyata. Dengan kata lain, hanya 20 persen orang yang memiliki 80 persen jumlah kekayaan keseluruhan.

Baca juga: Perlukah Orang Kaya Ditanggung BPJS?

Untuk memastikan integritasnya, para peneliti mengulangi proses simulasinya beberapa kali. Tapi hasil yang diperoleh kurang lebih sama.

Selain itu, para peneliti menemukan bahwa 20 persen orang terkaya bukanlah orang yang paling berbakat.

"Kesuksesan maksimal tidak pernah bertepatan dengan talenta maksimal, begitu pula sebaliknya," ungkap para peneliti.

Faktanya, orang terkaya tersebut merupakan orang dengan bakat rata-rata kebanyakan orang. Selain itu, mereka adalah orang yang banyak mengalami peristiwa beruntung dalam simulasi tersebut.

Sedangkan orang yang memiliki kekayaan paling sedikit adalah orang yang terkena dampaknya.

"(Penelitian ini) menyoroti keefektifan dari cara penilaian prestasi berdasarkan tingkat keberhasilan yan diraih dan menggarisbawahi risiko distribudi penghargaan atau sumber daya kepada orang yang pada akhirnya lebih beruntung daripada yang lain," tulis para peneliti dalam laporan mereka.

Namun penelitian ini bukan untuk mengecilkan hati Anda. Para peneliti justru sedang mengeksplorasi bagaimana model tersebut bisa digunakan untuk memaksimalkan investasi dalam segala hal, termasuk sains dan bisnis.

Sayangnya, temuan ini belum mendapat tanggapan dari banyak ahli. Sehingga kita tidak dapat mengambil terlalu banyak kesimpulan sampai ini dianalisis lebih ketat lagi.

Baca juga: Depresi Justru Bikin JK Rowling Kaya Raya

Meski begitu, para peneliti telah mengambil kesimpulan dari hal yang membingungkan para ilmuwan dalam waktu lama.

"Memang benar bahwa ada beberapa tingkatan bakat yang diperlukan untuk sukses, tapi hampir tidak pernah orang yang paling berbakat mencapai puncak kesuksesan tertinggi. Justru pemegang kesuksesan adalah individu yang biasa namun dengan keberuntungan," simpul peneliti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau