Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lewat Kasus BJ Habibie, Mengenal Kebocoran Klep Jantung

Kompas.com - 07/03/2018, 18:06 WIB
Shela Kusumaningtyas,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com — Baharuddin Jusuf Habibie tengah memulihkan kesehatannya di Jerman. Menurut Rubijanto, sekretaris pribadi Habibie, presiden RI ke-3 tersebut mengalami kebocoran klep jantung.

Secara umum, kebocoran klep jantung terjadi ketika katup jantung tidak berfungsi dengan baik. Ketika katup tidak menutup seperti semula, aliran darah ke seluruh tubuh berkurang.

Untuk diketahui, terdapat empat katup jantung, yakni katup trikuspid yang berada di antara serambi (atrium) kanan dengan bilik (ventrikel) kanan. Lalu, ada katup mitral di antara serambi kiri dengan bilik kiri.

Kemudian, ada katup pulmonal yang terletak di antara bilik kanan dengan pembuluh darah paru-paru (arteri pulmonaris), dan di antara bilik kiri dengan pembuluh darah arteri besar (aorta) terdapat katup aorta.

Baca juga: Mengapa Serangan Jantung pada Wanita Sering Tak Terdeteksi?

Kebocoran terjadi ketika salah satu atau lebih dari satu katup tidak menutup sempurna.

Yoga Yuniadi, profesor aritmia sekaligus guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, saat dihubungi Kompas.com pada Selasa (6/3/2018), mengatakan, apabila kebocoran terjadi di katup mitral, darah yang mengalir ke seluruh tubuh akan berkurang.

Sementara itu, jika kebocoran terjadi di katup trikuspid, katup pulmonal, atau katup aorta,  aliran darah ke paru-paru berkurang.

“Umumnya pada orang dewasa yang normal, saat beristirahat, darah yang dialirkan ke seluruh tubuh volumenya 2-4 liter per menit. Apabila terjadi kebocoran, aliran darah itu akan berkurang. (Ini) tergantung tingkat kebocorannya. Semakin besar bocornya, semakin sedikit darah yang dialirkan,” ujar Yoga.

Baca juga: Sering Migrain? Hati-hati Penyakit Jantung

Sayangnya, kebocoran katup jantung kerap tidak menampakkan gejala.

Arieska Ann Soenarta, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta, mengungkapkan, gejala baru diketahui ketika kebocoran sudah parah atau terjadi pada lebih dari satu katup. Pada tahap ini, pasien bisa mengalami sesak napas hebat, bengkak kaki (edema), bahkan pingsan.

Oleh karena itu, diperlukan tindakan pengecekan lanjutan menggunakan elektrokardiograf dan fotoronsen selain pemeriksaan fisik agar tidak terjadi kekeliruan diagnosis.

Apabila kebocoran jantung didiagnosis sudah tahap berat hingga mengganggu aliran darah, ada dua jenis penanganan yang dapat dilakukan, yakni tindakan bedah atau non-bedah.

Yoga menjelaskan bahwa tindakan bedah bisa dibagi menjadi dua jenis, yakni perbaikan katup dengan cara dijahit dan penggantian katup ovatar secara mekanik atau menggunakan bioprotesa binatang. Sementara itu, tindakan non bedah baru terbatas untuk tiga jenis katup yakni mitral, aortal, dan pulmonal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com