Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berduka Tidak Hanya Dilakukan oleh Manusia, Hewan Juga

Kompas.com - 01/03/2018, 19:33 WIB
Monika Novena,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

Sumber nwf

KOMPAS.com - Sore di musim panas tahun 2010, Robin Baird, ahli biologi di organisasi nirlaba Cascadia Research Collective sedang melakukan penelitian.

Dia kemudian melihat paus yang bertingkah aneh. Biasanya, paus sangat sosial, pergi berkelompok untuk berburu dan saling berkomunikasi.

Namun ada yang lain dengan paus betina berusia 24 tahun dan anaknya yang berumur 6 tahun. Mereka memisahkan diri dari kelompok dan tidak mencari makan. Di mulutnya, terlihat dia membawa bayi yang sudah tidak bernyawa lagi.

Baird dan rekan-rekannya mengikuti paus itu selama lebih dari enam jam, sesekali kehilangan pandangan karena paus menyelam ke laut. Namun, begitu terlihat si induk masih terus membawa si bayi paus dengan mulutnya atau di atas kepalanya.

Baird menduga jika bayi itu adalah anaknya yang mati sesaat setelah dilahirkan, dan dia bukan satu-satunya peneliti yang menangkap perilaku aneh ini dari paus.

Peneliti lain telah melaporkan hal yang serupa bahwa kelompok cetacean, salah satunya paus, membawa mayat anak-anak mereka.

"Kita tak tahu kenapa," ujar ahli biologi Melissa Reggente yang telah mencatat 14 pengamatan serupa di tahun 2016.

Namun, Baird memunculkan satu kemungkinan yang menarik: Hewan-hewan ini berkabung.

"Saya telah menghabiskan sebagian besar karir untuk mempelajari mamalia sosial, di mana perilaku kelompok sangat penting bagi hidup mereka. Tak diragukan lagi jika hewan-hewan itu memiliki ikatan yang kuat dan tak ada yang lebih memungkinkan jika mereka berkabung saat kehilangan salah satu anggotanya," kata Baird.

Ilmuwan juga mendapati perilaku berkabung pada gajah, jerapah, simpanse dan primata lainnya.

Baca juga : Wikie, Paus Pembunuh Pertama di Dunia yang Tirukan Kata-Kata Manusia


Kaya akan Emosi

Hal tersebut memang sulit dibayangkan, terutama bagi mereka yang menganggap bahwa kesadaran akan kematian adalah sifat manusia yang unik.

Beberapa ilmuwan pun masih skeptis soal pandangan ini, tetapi Charles Darwin ternyata pernah punya pandangan yang serupa bahwa binatang memiliki kehidupan emosional yang kaya, termasuk soal konsep berduka. Namun, pandangan itu tidak berkembang sebagai konsensus ilmiah.

"Pada abad 20, hewan dianggap tidak mengerti soal berkabung. Mereka hidup untuk hari ini saja dan memecahkan masalah hanya untuk bertahan hidup," kata Barbara J King, profesor antropologi emerita di College of William and Mary.

Akan tetapi, yang terjadi di lapangan justru kebalikannya. Antropolog Ursula Moser Cowgill melaporkan ada primata di penangkaran bernama Pottos yang digambarkan sebagai primata yang depresi. Primata itu menyisihkan makanan untuk teman yang sudah mati, walaupun berisiko kelaparan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau