Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/02/2018, 10:25 WIB
Shela Kusumaningtyas,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Jika anak Anda menunjukkan perubahan perilaku fisik seperti pucat, lemas, mudah lelah, dan sulit berkonsentrasi, segera konsultasikan ke dokter. Dikhawatirkan, anak terkena defisiensi zat besi. Selain memeriksa gejala fisik, dokter juga akan melakukan cek darah.

Itu disampaikan Meta Herdiana Hanindita, dokter speasialis anak di sela-sela acara peluncuran buku terbarunya di Jakarta, pada Jumat (9/2/2018).

Zat besi membantu pembentukan sel darah merah dan hemoglobin.Jika asupan zat besi berkurang, produksi sel darah merah dan kandungan hemoglobin bisa turun.

Defisiensi zat besi terjadi jika asupan zat besi dari makanan anak tidak mencukupi. Obesitas dan kebiasaan minum susu murni berlebih juga memicu timbulnya defisiensi zat besi.

“Tahunya setelah dikonsultasikan ke dokter. Dilihat tanda fisik dan tes darah. Biasanya karena kurang makan-makanan yang mengandung zat besi,” ujar Meta.

Anak usia enam bulan berpotensi terkena defisiensi zat besi. Pasalnya, kandungan zat besi alami yang ada di air susu ibu (ASI) sudah tidak mampu mencukupi kebutuhan jumlah zat besi harian.

Untuk itu, sejak usia enam bulan anak sudah harus diberi asupan zat besi tambahan lewat makanan.

Baca juga : Ini Alasan Dokter Meta Lebih Sarankan MPASI Instan untuk Anak

Makanan Pendamping ASI (MPASI) membantu menyuplai 10,8 miligram zat besi bagi tubuh. Lantaran ASI hanya mampu menyediakan 0,2 miligram, padahal tubuh memerlukan 11 miligram zat besi tiap harinya.

Makanan yang dianjurkan untuk meningkatkan zat besi pada tubuh anak misalnya ati ampela, daging ayam, daging sapi, bayam, dan tahu. Orang tua bisa mengombinasikan bahan-bahan tersebut saat mengolah makanan bagi anak.

“Jangan sampai anak kekurangan zat besi, berbahaya bagi tubuhnya. Bisa mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan,” ujar Meta.

Otak anak berkembang 80 persen saat usia dua tahun pertamanya. Lalu ketika umur enam tahun, perkembangan otak anak meningkat menjadi 95 persen. Ini menandakan, kunci perkembangan anak berada pada usia dua tahun awal kehidupan anak.

“Bayangkan saja, otak kita hanya mengalami perkembangan 5 persen dari usia enam tahun sampai dewasa. Jadi, zat besi yang kurang bisa mengganggu proses perkembangan otak saat usia dini, yang lagi tinggi-tingginya,” kata Meta.

Dokter tamatan program spesialis anak ini meminta orang tua harus benar-benar memperhatikan masa tumbuh kembang anak karena tidak bisa terulang dan berdampak hingga anak dewasa.

Baca juga : Kanker Paru-paru Bisa Menyerang Anak, Orangtua Perlu Introspeksi

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Seperti Apa Hiu Tertua yang Berusia Ratusan Tahun?

Seperti Apa Hiu Tertua yang Berusia Ratusan Tahun?

Oh Begitu
Apakah Ikan Air Asin Bisa Hidup di Air Tawar?

Apakah Ikan Air Asin Bisa Hidup di Air Tawar?

Oh Begitu
8 Cara Menjaga Kesehatan Saat Cuaca Panas Ekstrem

8 Cara Menjaga Kesehatan Saat Cuaca Panas Ekstrem

Oh Begitu
Apa Penyebab Cuaca Panas Ekstrem di Indonesia?

Apa Penyebab Cuaca Panas Ekstrem di Indonesia?

Oh Begitu
Mengapa Tidak Ada Narwhal di Penangkaran?

Mengapa Tidak Ada Narwhal di Penangkaran?

Oh Begitu
Bagaimana Wortel Bisa Berwarna Oranye?

Bagaimana Wortel Bisa Berwarna Oranye?

Oh Begitu
Apakah Aman Makan Sushi?

Apakah Aman Makan Sushi?

Kita
Fakta Menarik Kentut, Hasilkan 500 Mililiter Gas Per Hari (Bagian 1)

Fakta Menarik Kentut, Hasilkan 500 Mililiter Gas Per Hari (Bagian 1)

Kita
Apa yang Harus Dilakukan untuk Mengelola Sampah?

Apa yang Harus Dilakukan untuk Mengelola Sampah?

Kita
Sains Jelaskan Manfaat Jus Bawang Bombai untuk Rambut Rontok

Sains Jelaskan Manfaat Jus Bawang Bombai untuk Rambut Rontok

Oh Begitu
Apa Manfaat Air Cucian Beras untuk Kesehatan?

Apa Manfaat Air Cucian Beras untuk Kesehatan?

Oh Begitu
Penyebab Cegukan dan Cara Mengatasinya

Penyebab Cegukan dan Cara Mengatasinya

Oh Begitu
Mengapa Ikan Bau Amis?

Mengapa Ikan Bau Amis?

Oh Begitu
Minyak Kelapa Baik Dikonsumsi Saat Diet, Ini Alasannya

Minyak Kelapa Baik Dikonsumsi Saat Diet, Ini Alasannya

Kita
Mengapa Wajah Memerah Saat Malu?

Mengapa Wajah Memerah Saat Malu?

Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com