Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Temuan Baru, Kejut Listrik Pada Otak Bisa Pertajam Ingatan

Kompas.com - 08/02/2018, 17:35 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Memiliki daya ingat tajam adalah dambaan semua orang. Seiring berjalannya waktu, daya ingat biasanya menurun karena kepikunan atau demensia menghantui setiap manusia.

Oleh karena itu, para peneliti mencari cara untuk dapat meningkatkan daya ingat seseorang. Dalam penelitiannya, Michael Kahana, profesor psikologi di University of Pennsylvania, dan koleganya menemukan bahwa mengirim stimulasi listrik kecil bia meningkatkan daya ingat seseorang.

"Kami melihat peningkatan daya ingat sebesar 15 persen," ungkap Kahana dikutip dari NPR, Selasa (06/02/2018).

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Communications ini menyebut bahwa kuncinya adalah mengirim stimulasi listrik kecil pada tempat dan waktu yang tepat.

Baca juga: Lakukan Metode Ini untuk Pertajam Ingatan

Kahana juga menjelaskan, pendekatan ini mengisyaratkan adanya cara baru untuk mengatasi masalah ingatan yang disebabkan penyakit Alzheimer. Sayangnya, teknologi ini masih jauh dari kata siap untuk digunakan secara massal.

Pada mulanya, Kahana dan timnya berusaha mencoba memahami mengapa otak sering gagal menyimpan informasi yang diinginkan.

"Ketika kami mencoba mempelajari daftar barang, terkadang barang itu menempel dalam ingatan tapi kadang kala kala kita mengalami penyimpangan di mana kita tidak bisa mengingat apapun," jelas Kahana.

Karenanya, Kahana dan koleganya mencari cara untuk membantu fungsi otak agar lebih baik. Mereka menggunakan komputer untuk mempelajari pola aktivitas elektrik dalam otak yang mengindikasikan gangguan memori.

Selanjutnya para peneliti merekrut 25 penderita epilepsi sebagai peserta penelitian. Pemilihan peserta ini karena mereka telah memiliki elektroda (dalam bentuk implan) yang ditanamkan di otak untuk memantaunya.

Para peneliti kemudian meminta peserta untuk mengingat daftar kata, di mana komputer tersebut masih memonitor aktivitas otak peserta. Komputer ini juga belajar memprediksi, berdasarkan pola aktivitas otak, saat sebuah kata baru tidak 'tenggelam'.

Pada percobaan selanjutnya, para peserta kembali diminta mempelajari daftar kata. Kali ini komputer tak hanya memprediksi kapan mereka lupa, tapi juga memberikan mereka sedikit kejutan listrik kecil saat mereka lupa kata dalam daftar tersebut untuk memperbaikinya.

Baca juga: Rutin Makan Anggur Bantu Pertajam Ingatan

"Lupa membuat frustasi dan seringkali diakibatkan oleh pengkodean yang tidak efektif," tulis laporan tersebut dilansir dari The Independent, Selasa (06/02/2018).

"Salah satu pendekatan untuk meningkatkan ingatan adalah melalui modulasi langsung aktivitas otak dengan stimulasi listrik," imbuhnya.

Konsep ini mirip dengan alat pacu jantung. Bedanya, di sini perangkat ini memprediksi dan mengatur aktivitas listrik di otak.

"Setiap kata baru yang dilihat peserta, sistem akan merekam dan menganalisis aktivitas otak untuk memprediksi apakah mereka telah mempelajarinya secara efektif," ungkap Youssef Ezzyat, salah satu penulis penelitian ini dikutip dari Forbes, Selasa (06/02/2018).

"Ketika sistem mendeteksi pembelajaran yang tak efektif, maka akan memicu stimulasi, menutup ketidakefektifan," imbuh Ezzyat.

Waktu yang tepat untuk memberikan "kejutan listrik" pada otak adalah saat kita lupa. Itu karena dalam temuan tersebut, Kahana menemukan bahwa merangsang otak saat tidak melakukan kesalahan justru memberikan efek buruk.

"Kami tahu dari pekerjaan sebelumnya bahwa merangsang otak selama periode fungsi yang baik cenderung membuat ingatan semakin buruk," ujar Kahana.

"Dengan mengembangkan model mesin pembelajaran yang spesifik pada peserta, kami dapat memprogram stimulator untuk mengirimkan kejutan listrik hanya ketika ingatan diprediksi salah. Ini memberi kesempatan pada teknologi ini kesempatan terbaik untuk mengembalikan fungsi otak," imbuhnya.

Baca juga: Konsumsi Yoghurt Bantu Mempertajam Ingatan

Meski hasil temuan tersebut cukup positif, namun ada beberapa kelemahan dalam penelitian ini. Hal ini diungkapkan oleh Michael Sperling yang merupakan penulis studi ini sekaligus direktur Comprehensive Epilepsy Center di Thomas Jefferson University, Philadelphia.

Salah satu kelemahan dalam  penelitian ini adalah pesertanya yang merupakan penderita epilepsi. Sperling menyebut, pasien epilepsi cenderung memiliki masalah memori dan anomali otak lainnya.

"Kami masih benar-benar kekurangan eksperimen pada orang dengan kondisi lain untuk mengetahui secara pasti apakah pengobatan tersebut akan terbukti efektif atau tidak," ujar Sperling.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com