Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sering Sepemikiran dengan Teman, Ternyata Ini Alasannya

Kompas.com - 03/02/2018, 11:30 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Pernahkah Anda merasa sepemikiran dengan teman dekat Anda? Bahkan saat merespon sesuatu, Anda dan teman sering melakukan hal yang sama.

Jika Anda merasakan hal tersebut, maka Anda tak sendiri. Hampir semua orang mengalami hal yang sama.

Namun, mengapa kita sepemikiran dengan teman?

Sama penasarannya dengan Anda, para peneliti dari University of California menyelidiki fenomena ini. Carolyn Parkinson dan koleganya kemudian menemukan bahwa teman dekat mempunyai pola aktivitas otak spontan yang mirip saat diberi rangsangan.

"Respon saraf terhadap rangsangan seperti video dapat memberi kita jendela ke dalam proses pemikiran spontan dan tidak terbatas yang berkembang," ungkap Parkinson dikutip dari Live Science, Rabu (31/01/2018).

Baca juga: Tak Punya Teman dan Risiko Sakit Jantung

"Hasil kami menunjukkan bahwa teman memproses dunia di sekitar mereka dengan cara yang sangat mirip," sambung Parkinson yang juga merupakan asisten profesor psikologi di University of California, Los Angeles itu.

Untuk mendapatkan temuannya tersebut, Parkinson dan koleganya merekrut 279 siswa pascasarjana. Para peserta kemudian diminta untuk melakukan survei online mengenai ikatan sosial mereka satu sama lain.

Setiap siswa diberi daftar siswa lain dan diminta untuk menunjukkan teman sekelas mana yang berteman dengan mereka di luar kelas.

Hasil survei ini memungkinkan para peneliyi untuk memetakan jaringan sosial di kelas pascasarjana tersebut. Dengan kata lain, para peneliti bisa mengetahui manakah yang berteman.

Selanjutnya, 42 siswa direkrut untuk mengikuti eksperimen dengan menggunakan functional MRI (fMRI). Para peneliti memantau aktivitas otak para peserta saat menonton 14 video berdurasi 90 detik hingga 5 menit yang tidak biasa.

Video tersebut mewakili spektrum genre dan emosi, termasuk adegan pertandingan sepakbola, pandangan astronot tentang bumi, pertunjukan politik "Crossfire" dan sebuah film dokumenter tentang bayi kukang.

Ketika para peneliti memnadingkan aktivitas otak para peserta, mereka menemukan bahwa teman dekat menunjukkan reaksi yang sangat mirip di daerah otak yang terkait dengan emosi, perhatian, dan penalaran tingkat tinggi.

Baca juga: Agar Diet Sukses, Bergaullah dengan Teman yang Langsing

Bahkan, ketika para peneliti membandingkan hasilnya pada beberapa faktor kesamaan lain seperti usia; gender; dan etnis, pertemanan terbukti merupakan indikator untuk menunjukkan aktivitas saraf yang mirip.

Selain itu, tim ini juga menemukan bahwa perbedaan tanggapan fMRI dapat digunakan untuk memprediksi seberapa jarak sosial antara dua peserta.

"Kita adalah spesies sosial dan hidup kita terhubung dengan orang lain," tulis Thalia Wheatly, penulis senior penelitian ini.

"Jika ingin memahami bagaimana otak manusia bekerja, maka kita perlu memahami bagaimana otak bekerja dalam kombinasi, bagaimana pikiran terbentuk satu sama lain," imbuh profesor psikologi dan ilmu otak di Dartmouth, Amerika Serikat ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau