Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Istana Buckingham Dibangun Pakai Fosil?

Kompas.com - 23/01/2018, 18:36 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

Sumber Telegraph,bgr

KOMPAS.comFosil biasanya ditemukan di tempat tak terduga seperti situs yang sulit dijangkau atau semacamnya. Namun, penemuan fosil kali ini lebih mengejutkan lagi.

Pasalnya, fosil kuno ditemukan di Istana Buckingham, tapi bukan di tanah sekitar istana Inggris tersebut, melainkan fosil ini menjadi batuan penyusun istana tersebut.

Hal ini ditemukan para peneliti dari Australian National University (ANU). Mereka menemukan bahwa blok bangunan yang menjadi istana kerajaan Inggris tersebut terbuat dari mikroba yang hidup sampai 200 juta tahun lalu.

Dengan kata lain, istana yang terletak di London tersebut terbuat dari fosil yang hidup pada periode Jurasik ketika dinosaurus menguasai bumi.

Baca juga: Kandungan Email Gigi Bisa Ungkap Jenis Kelamin Fosil, Kok Bisa?

Bahan penyusun istana tersebut dikenal sebagai batu kapur oolitik, sebuah bahan yang populer untuk bangunan karena ringan, tapi sangat kuat. Selain itu, batuan ini juga mudah dikenali karena bentuknya yang bergelombang.

Butiran kecil pada bahan ini disebut ooids. Sebelumnya, para ilmuwan mengira ooids-oids tersebut adalah butiran pasir yang berasal dari dasar laut dan membangun lapisan sedimen konsentris mirip bola salju.

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Scientific Reports tersebut tidak serta merta menghilangkan teori tersebut. Para peneliti juga tidak mengabaikan gagasan bahwa ooids terdiri dari sedimen acak, tapi mereka mencoba menjelaskan bagaimana sedimen tersebut dikumpulkan dan dipadatkan.

bahan batuan kapur penyusun Buckingham Palace bahan batuan kapur penyusun Buckingham Palace

Dr Bob Burne dari ANU menemukan bahwa ooids sebenarnya terbuat dari lapisan konsentris mikroorganisme termineralisasi, organisme seluler kecil dan sebagian besar terbagi menjadi bakteri, jamur, dan virus.

"Kami mengusulkan penjelasan yang sangat berbeda dengan teori sebelumnya tentang asal usul ooids yang menjelaskan fitur definitif mereka," ungkap Dr Burne dari ANU Research School of Earth Sciences, dikutip dari The Telegraph, Kamis (18/1/2018).

"Penelitian kami telah menyoroti peran vital lain yang dimainkan oleh mikroba di bumi dan kehidupan manusia," sambungnya.

Penemuan ini menunjukkan bahwa mikroba kecil yang ada dalam biofilm (kumpulan mikroorganisme yang melekat di suatu permukaan dan diselimuti oleh pelekat karbohidrat) menciptakan butiran awal baterial yang berperan sebagai inti dari bola ooid.

Baca juga: Fosil Hidup, Laba-laba dari 50 Juta Tahun Lalu Ini Bermulut seperti Pelikan

Dilansir dari BGR, Senin (22/01/2018), secara bertahap mereka mengumpulkan bahan tambahan dan memperkuatnya dalam proses yang disebut organomineralisation. Temuan ini menunjukkan bagaimana biofilm yang penuh dengan mikroba dapat bertahan dengan nutrisi dari luar.

ooids ooids

Apalagi, mikroba akan mati seiring waktu dan menciptakan "zona dalam" mineral yang membuat butiran kecil yang kita lihat saat ini.

Untuk mendapatkan temuan ini, para peneliti menggunakan pemodelan komputer untuk menjalankan simulasi bagaimana batuan ini terbuat.

"Model matematis kami menjelaskan akumulasi lapisan konsentris dan memprediksi batasan ukuran oosit," kata Profesor Murray Batchelor dari Sekolah Penelitian Fisika dan Teknik dan Ilmu Matematika di ANU.

Batu kapur ootik sendiri telah digunakan manusia sejak lama. Bahan ini juga sangat populer di Inggris.

Diperkirakan batuan ini juga digunakan untuk beberapa bangunan seperti City of Bath, the British Museum, dan Katredal St Paul.

Tak hanya di Inggris, batuan ini juga digunakan di Amerika. Beberapa bangunan yang menggunakan batuan ini adalah Pentagon dan Empire State.

Baca juga: Lewat Fosil Berusia 200 Juta Tahun, Peneliti Ungkap Evolusi Kupu-kupu

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Telegraph,bgr
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com