Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Konsekuensinya Jika Dituduh Jadi Penyihir di China

Kompas.com - 12/01/2018, 09:09 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

Sumber LA Times,UCL

KOMPAS.com - Penyihir selalu dikaitkan dengan sosok yang menakutkan. Kebanyakan orang takut bahwa penyihir akan menyakiti mereka atau berbuat kerusakan.

Setidaknya inilah yang diamati dalam penelitian dari University College London (UCL) yang bekerja sama dengan Lanzhou University dan the Chinese Academy of Sciences. Dalam penelitian tersebut, mereka menemukan 13,7 persen rumah tangga yang mendapat label "zhu" atau penyihir.

Rumah tangga yang mendapatkan label tersebut biasanya dikepalai oleh wanita paruh baya yang relatif kaya. Mereka biasanya mengalami stigma tersebut terkait dengan ancaman keracunan makanan.

"Rumah tangga 'Zhu' dianggap dapat membunuh ular dan meracuni orang dengan memberi mereka makanan yang tercemar atau hanya melalui kontak mata," ungkap Ting Ji, seorang antropolog di the Chinese Academy of Sciences dikutip dari Los Angeles Time, Senin (08/01/2018).

Baca juga: Dituduh Penyihir, 5 Perempuan India Diikat di Pohon lalu Dipukuli

Ji juga menjelaskan bahwa konsep Zhu atau juga disebut zhubo dapat disebarkan atau dipindahkan kepada rumah tangga lain melalui pemberian barang berharga seperti emas, perak, atau sutra.

"Rumor satu rumah tangga mendapat 'zhu' akan menyebar dengan cepat di desa-desa dan desa-desa tetangga," kata Ji.

Dalam penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature Human Behaviour ini, Ji dan koleganya mengamati dampak sosial yang dialami oleh rumah tangga yang diberi label Zhu. Mereka memilih masyarakat di China Barat Daya untuk penelitiannnya ini.

"Kami menemukan tingkat keyakinan yang cukup tinggi pada beberapa wanita sebagai 'pemberi racun' yang diberi label zhu atau zhubu, kadang diterjemahkan sebagai penyihir di daerah pedesaan China ini," ungkap Profesor Ruth Mace, antropolog UCL sekaligus penulis utama penelitian ini dikutip dari laman resmi UCL, Senin (08/01/2018).

"Mereka dianggap meracuni Anda jika Anda makan di rumah mereka, yang sama sekali tidak berdasar. Kami menunjukkan bahwa label tersebut tidak mengandung informasi tentang kualitas seorang individu namun memiliki implikasi sosial yang mendalam," sambung Profesor Mace.

Para wanita yang dianggap sebagai penyihir di China ini memang tidak diburu dan dibakar ditiang oleh para tetangganya, namun mereka dikucilkan dari masyarakat.

"Rumah tangga tanpa label menghindari rumah berlabel zhu - mereka tidak memiliki hubungan dengan orang yang berlabel ini atau berbagi hadiah ekonomi atau pertolongan pertanian," ujar Mace.

Baca juga: Dituduh Penyihir, 5 Wanita Dibakar Hidup-hidup, 32 Pelaku Ditangkap

"Untuk menanggulangi hal ini, rumah tangga berlabel zhu berkelompok dengan sesama yang mendapat label, membantu dan menemukan pasangan satu sama lain dan kami mendapati bahwa mereka tidak kurang kooperatif daripada individu dengan label non-zhu," imbuhnya.

Untuk memetakan hubungan masyarakat ini, para peneliti menggunakan permainan pemberian hadiah. Hasilnya, keluarga non-zhu cenderung memberikan hadiah pada keluarga non-zhu lain, begitu juga sebaliknya pada keluarga zhu yang lebih memilih memberi hadiah pada keluarga zhu lain.

Dari penelitian ini, para peneliti mencapai pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana label zhu mempengaruhi kehidupan sosial dan siapa yang mungkin diberi label.

"Temuan kami menunjukkan bahwa sementara asal-usul label sihir dan tuduhan tidak jelas, mereka mungkin mencerminkan kecemburuan dan kecemasan terhadap pesaing, yang kebanyakan adalah wanita," ujar Profesor Mace.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber LA Times,UCL
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com