Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pak Ogah Hampir Ditabrak Mobil Mewah hingga Ditendang

Kompas.com - 05/01/2018, 15:29 WIB
David Oliver Purba

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejak Oktober 2017, para sukarelawan pengatur lalu lintas (supeltas) atau yang dikenal dengan sebutan "Pak Ogah" sudah mulai bekerja. Mereka telah mengatur lalu lintas di lima wilayah kota di Jakarta.

Jaka, bersama kedua temannya Fikri, dan Diki merupakan tiga supeltas asal Jakarta Pusat yang kerap mangkal di putaran Cideng, Jakarta Pusat.

Pantauan Kompas.com, Jumat (5/1/2018), ketiga supeltas itu tampak mengenakan rompi hijau bergaris biru yang dibelakangnya bertuliskan "SUPELTAS".

Rompi ini mirip rompi yang dipakai polisi lalu lintas. Para supeltas juga mengenakan topi berwarna biru dengan tulisan "sukarelawan pengatur lalu lintas".

Bila Pak Ogah identik dengan celana pendek dan sendal, tidak bagi ketiga supeltas ini. Jaka dan ketiga temannya kompak mengenakan celana jeans panjang dan sepatu kets.

Baca juga : Pak Ogah Mulai Bekerja Sejak Peringatan Hari Sumpah Pemuda

Ketiganya juga sigap mengatur kepadatan lalu lintas kendaraan yang hendak memutar di kawasan Cideng.

Para supeltas ini tampak luwes mempraktikkan gerakan-gerakan pengaturan lalu lintas yang biasa dilakukan Polantas. Sebelumnya para supeltas telah diberikan pelatihan langsung oleh para polantas.

Ketiga supeltas ini juga tak tampak meminta sejumlah uang kepada para pengendara seperti Pak Ogah pada umumnya. Namun, ada saja pengendara roda empat atau dua yang secara sukarela memberi sejumlah uang kepada mereka.

Saat berbincang dengan Kompas.com, Jaka mengatakan seluruh seragam seperti topi dan rompi wajib dikenakan para supeltas.

Ini untuk membedakan mana Pak Ogah yang telah menjadi supeltas dan mana yang masih "liar".

Dalam aturan, kata Jaka selain seragam para supeltas juga diwajibkan menggunakan alas kaki tertutup.

"Semua anggota saya pakai seragam lengkap Bang. Karena aturannya sudah seperti itu. Tapi ada juga yang liar yang enggak mau ikut aturan," ujar Jaka.

Para sukarelawan pengatur lalu lintas (supeltas) mulai bekerja di lima wilayah di Ibu Kota sejak Oktober 2017, Jumat (5/1/2018)Kompas.com/David Oliver Purba Para sukarelawan pengatur lalu lintas (supeltas) mulai bekerja di lima wilayah di Ibu Kota sejak Oktober 2017, Jumat (5/1/2018)

Para supeltas, lanjut Jaka juga tidak diperbolehkan meminta uang alias "ngecrek" kepada para pengendara yang lewat. Bila ketahuan pada supeltas akan diberi sanksi.

Sanksi tegas para supeltas akan diberhentikan dari supeltas. Namun, Jaka mengatakan ada saja pengendara yang berbaik hati memberikan uang kepada mereka.

"Pokoknya kami enggak boleh 'ngecrek'," ujar Jaka.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Obeng di TKP, Diduga Jadi Alat Suami Bunuh Istri di Bogor

Ada Obeng di TKP, Diduga Jadi Alat Suami Bunuh Istri di Bogor

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Kota Bekasi Hari Ini, Jumat, 29 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Kota Bekasi Hari Ini, Jumat, 29 Maret 2024

Megapolitan
Diduga Korban Pelecehan Seksual oleh Eks Ketua DPD PSI Jakbar Mengaku Diintimidasi agar Tak Lapor Polisi

Diduga Korban Pelecehan Seksual oleh Eks Ketua DPD PSI Jakbar Mengaku Diintimidasi agar Tak Lapor Polisi

Megapolitan
Wanita Tewas Dibunuh Suaminya di Bogor, Pelaku Dilaporkan Ayah Kandung ke Polisi

Wanita Tewas Dibunuh Suaminya di Bogor, Pelaku Dilaporkan Ayah Kandung ke Polisi

Megapolitan
Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Megapolitan
Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Megapolitan
Cerita Ridwan 'Menyulap' Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Cerita Ridwan "Menyulap" Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Megapolitan
Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Megapolitan
Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Megapolitan
Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Megapolitan
Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Megapolitan
Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Megapolitan
KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

Megapolitan
Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Megapolitan
Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com